header cah kesesi ayu tea

Perilaku Bullying terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di Dunia Pendidikan

Assalamu'alaikum,


Halo-halo temen-temen semua, gimana kabarnya? Gimana puasanya? Masih kuat kan?  Puasa sudah hari ke tujuh, loh. Nggak terasa yaa, alhamdulillah saya juga masih semangat meskipun bulan suci kali ini berbeda, karena kita semua juga merasakan berpuasa di tengah virus corona yang membuat kita semua menjadi terbatas geraknya. 

Postingan kali ini saya mau bahas tentang bullying. Apa sih bullying itu? 


Pengertian Bullying 

Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam bentuk fisik, verbal bullyingatau emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita.
Bullying di Indonesia sendiri sudah ada sejak lama. Tindakan bullying sering terjadi dan menjadi perbincangan hangat di mana-mana. Beberapa kasus bullying banyak terjadi di masyarakat baik dalam dunia sosial maupun pendidikan, hal ini dapat menimbulkan beberapa dampak negatif untuk para korban dan juga pelaku bullying itu sendiri.

Sudah banyak  contoh kasus bullying di indonesia yang terjadi pada dunia pendidikan, kalau kita ingat tahun 2017, tepatnya pada 17 Juli 2017 Indonesia dikagetkan dengan beredarnya video bullying yang dilakukan sekelompok mahasiswa kepada mahasiswa lainnya yang berkebutuhan khusus, yang lebih mirisnya lagi kejadian ini terjadi di salah satu universitas ternama di Indonesia (detiknewscom 2017).

Ada juga yang beberapa bulan lalu, tepatnya awal Februari 2020, video viral kembali menghiasi jagat maya dengan beredarnya video bullying yang dilakukan oleh beberapa siswa SMP kepada teman perempuannya yang ternyata adalah ABK. Kejadian yang membuat geram banyak orang tua ini terjadi di Purworejo, saat itu pak Ganjar juga sampai turun tangan, loh.

Hmm,, sedih sekali, ya. Kenapa ya makin ke sini makin banyak kasus? Salah siapa sebenarnya?

Sebelum lanjut tulisan saya, temen-temen saya ajak untuk nonton video saya dulu, ya. Video ini tentang curhatan saya yang pernah mengalami sendiri dibully waktu masih kecil.


Nah, gimana setelah nonton video saya itu? Kasus bullying yang terjadi di dunia pendidikan ini tidak sedikit. Di sini perlu sekali untuk ditelusuri apa sebenarnya penyebabnya. Terlebih banyak sekali kasus bullying yang korbannya adalah perempuan. Saya mengalami verbal bullying waktu SD, jujur saja sampai sekarang masih terasa sakit.

Memang benar dibully dengan hinaan dan ejekan itu memang tidak ada bekasnya seperti bullyian fisik. Namun verbal bullying ini efeknya bisa lama bahkan saya sendiri sampai sekarang. 

Saat ini saya sudah menjadi orangtua, saya harus bisa memaksimalkan menjaga buah hati saya. Saya juga harus ekstra memantau perkembangan dan bagaimana anak saya di sekolah. Saya tidak ingin kasus bullying yang pernah saya alami ini terjadi pada anak saya. 

Peran orang tua memang sangat penting. Bukan hanya bisa saling mencari kesalahan dan saling menyalahkan. Kalau anak kena bully, salah yang membully? oh belum tentu.. Kita harus bisa cari tahu bagaimana latar belakang pelaku, keluarganya, maupun lingkungannya. Pada hakikatnya, semua itu bisa diminimalisir dengan adanya kesadaran dari masing-masing individu.

Satu kata, stop bulliying baik secara verbal maupun fisik, karena hal itulah yang akan dapat memutus rantai terjadinya berbagai kasus bullying di Indonesia. Kuncinya adalah mulai dari diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan kita. Jika hal itu berhasil maka, besar kemungkinan berbagai kasus bullying akan dapat diminimalisir.  

Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

20 comments

  1. aku juga pernah jadi korban bullying .. ternyata banyak ya..

    ReplyDelete
  2. Aku juga pernah..ditambah lagi aku anak broken home..semoga bekas luka itu bisa membuatku semakin kuat menjadi ibu dari ABK cantikku..

    ReplyDelete
  3. Kalau sampai ada yang membully anak berkebutuhan khusus itu sangat keterlaluan ya Mbak, harusnya pelaku diseret ke meja hijau dan dihukum supaya jera.

    Iya korban jangan mendendam tapi harus memaafkan supaya tidak ada tindakan balas dendam sekaligus memutus matarantai bullying. Peran orangtua sangat penting dalam hal ini.

    ReplyDelete
  4. Sedih ya Mbak kita masih terus menghadapi masalah yang satu ini. Masalah ini memang kompleks penyebabnya, pola asuh yg salah bisa menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying.
    Anak saya sendiri pernah menjadi korban dan bersyukur setelah memberitahu guru walas dan ortu anak pelaku bullying, anak saya ga dibully lagi. Kita emang harus turun tangan, jangan sampai buah hati kita menjadi korban.

    ReplyDelete
  5. Setuju. Baik keluarga, sekolah dan lingkungan seputar anak harus lebih peduli terhadap perilaku bully agar bisa dicegah sebelum berkepanjangan

    ReplyDelete
  6. Peran orantua memang sangat menentukan sekali dalam hal bullying ini di lingkungan sekolah ya. Korban harus dikuatkan agar berani, pelaku harus diberi kesadaran bahwa tindakan seperti itu salah.

    ReplyDelete
  7. Seperti aksi tidak bagus saat MOS dulu, kebanyakan pelaku balas dendam terhadap perilaku kakak kelas dulu terhadap nya. Jadi terus menjadi mata rantai yg tidak berkesudahan. Karena itu mulai sekarang kita putuskan mata rantai aksi bully ini ya

    ReplyDelete
  8. ada pengaruh dari kita sebagai orang tua juga mbak, terkadang tanpa kita sadari, kita melabeli orang lain seenak kita. Seperti contohnya, saat kita menunjuk seseorang "itu temanmu? yang gemuk itu?"

    ReplyDelete
  9. bully membully ini masi banyak ditemui di Indonesia ini yaa, semoga kita semua dan anak anak kita selalu dilindungi dan dijauhkan dari sifat bully membully ya

    ReplyDelete
  10. Ddduh sedih banget pastinya jika ada anak yang melakukan bullying kepada anak lain. Dan iniharus kita perhatiin sejak dini ya mba

    ReplyDelete
  11. Verbal bullying memang tdk meninggalkan luka fisik namun bisa meninggalkan luka psikis yg tak kalah menyedihkannya karena bisa menyebabkan trauma juga ya.. Semoga anak2 kita terhindar dari bullying apapun bentuknya

    ReplyDelete
  12. setuju mbak, kadang tanpa disadari orang bermaksud bercanda tapi candaan tersebut melewati batas yang ujung-ujungnya jadi bullying..aku setuju banget agar orang-orang yang suka ngebully stop kebiasaan buruknya

    ReplyDelete
  13. pelaku bullying tuh harus dapat hukuman supaya jera. Apalagi kalo yang di bully itu anak ABK.. keterlaluan bgt si menurutku

    ReplyDelete
  14. Jadi sekarang dimulai dari diri sendiri untuk menjaga mulut juga ya, karena dari sini berawal verbal bullying. Di Dunia pendidikan dari jaman dulu secara langsung udah ada ya perundungan, salah satu contoh guru yang menghukum muridnya dengan dipukul dll, untungnya skr gak kaya gitu lagi ya

    ReplyDelete
  15. Sedih setiap baca atau mendengar berita bully, terlebih alu dan anakku pernah jadi korban bully juga.

    ReplyDelete
  16. Betul Mbak, tidak serta merta menyalahkan pelaku bullying juga karena mungkin saja dia tidak diajarkan untuk berperilaku baik oleh orang tuanya.

    ReplyDelete
  17. Setuju Mbak, kita bisa memutus rantai terjadinya perundungan di Indonesia dari lingkungan terkecil kita yaitu keluarga.
    Mulai dari orang tua yang meski berhati-hati dalam memberi label pada anak. Karena memberi label negatif pada anak juga termasuk kekerasan verbal

    ReplyDelete
  18. Biasanya pelaku bullying gini memang punya masalah psikologis ya. Harus diobati dari core-nya kalau menurutku. Peran orangtua sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi dengan anak-anaknya.

    ReplyDelete
  19. kalau sudah begini oeran orang tua memang sangat penting ya mbaaa...supaya tidak ada lagi bullying di antara kitaaa

    ReplyDelete
  20. Kadang aku mikirnya, anak sekarang kurang empati yaa...
    Taoi kembali lagi, kita hidup bermasyarakat, harus memahami bahwa kita gak bisa mengendalikan yang berada di luar kita.
    Tapi kita bisa kendalikan apa yang ada di pikiran kita.

    ReplyDelete

Post a Comment