header cah kesesi ayu tea

Andai Bapak Masih Ada….

Tiba-tiba aku teringat saat bapak masih ada, hampir sebulan sekali pasti opname di rumah sakit. Penyakit yang dideritanya membuatnya menderita. Tak jarang saat pulang dari sekolahan tempat bapak mengajar, bapak langsung ke rumah sakit dan akhirnya menjalani perawatan. Rupanya sinyal-sinyal penyakitnya sudah bunyi dan membutuhkan pertolongan perawatan langsung, tanpa harus pulang dulu, baru setelah diopname bapak ngabarin orang rumah untuk membawakan baju ganti dan meminta salah satu dari kami untuk menunggui bapak di rumah sakit.

Andai bapak masih ada, aku ingin meminta maaf, minta maaf yang bener-bener penuh ketulusan. Menjelang pulang ke sang pencipta, hubungan aku dengan bapakku emang kurang baik. Mungkin kalau diceritakan kalian juga tidak percaya atau mungkin menyayangkan, karena hubungan aku renggang sama bapak karena perbedaan pilihan dalam politik.

Iya, bener-bener karena beda pilihan dalam memilih presiden, aku dan bapakku jadi renggang. Padahal ya, aku itu anak yang paling dekat dengan almarhum. Waktu aku kecil, ke mana-mana aku selalu diajak bapak. Pokoknya aku anak yang paling dekat dengan bapak dibanding adek-adekku.

Sangat disayangkan ya gaes ya, masih inget banget aku dicuekin, aku ga pernah diajak bicara padahal satu rumah, sampai aku ngerasa nggak betah. Pernah juga waktu berdebat sampai bapak bilang kalau aku nggak memilih presiden yang sama, maka aku nggak dianggap anak lagi. Duuuhh sedih banget asli kalau inget waktu itu.

Sejak kejadian itu aku jadi bingung, aku di rumah tapi kaya gak pernah dianggap ada, sampai aku nggak berani makan nasi rumah, aku selalu beli makan untuk aku dan anakku. Ya Allah sediihh banget. Aku menyesal kenapa aku sekeras kepala itu. Tapi sifat aku dan bapakku itu sama, keras kepala!

Singkatnya, karena nggak betah di rumah yang rasanya aneh itu, aku nekad beli perumahan di Kajen dengan cara kredit, padahal aku belum punya banyak uang untuk beli. Tapi aku mikirnya kalau aku nggak memisahkan diri dari orangtua sekarang, terus sampai kapan? Aku juga ingin mandiri, kan?

Keputusan mengambil perumahan di Kajen dengan nekad ternyata berbuah baik, bapakku diam-diam bercerita dengan ibuku katanya bangga sama aku yang bisa beli rumah sendiri tanpa minta orangtua. Sebenarnya dulu bapak pernah berucap kalau anak-anaknya sudah disiapkan dana untuk rumah masing-masing setelah bapak pensiun, tapi takdir Allah berkata lain, sebelum bapak pensiun, bapak sudah dipanggil Allah lebih dulu. Coba kalau aku menunggu pemberian dari orangtua, mungkin sampai detik ini aku belum punya rumah sendiri.

Duh, sedih ya Allah.. Andai bapak masih ada.. aku ingin meminta maaf bersimpuh di kaki bapak menangis menyesal karena keras kepalanya aku yang kebangetan. Maafin Pipit ya pak… alfaatihah!
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment