header cah kesesi ayu tea

Saat Bapak Pergi Selamanya...

Pagi itu, Ibu kirim pesan singkat ke HPku. "Pit, Pae masuk ICU lagi. Nggak sadar, ini ibu lagi packing-packing mau pindah ke ruang tunggu ICU".

Bergetar rasanya. Sakiiitt sekali.. belum sempat aku membalas, ibu kembali kirim pesan terjeda sekian detik saja. "Kamu sekarang ke sini!".

Aku tak pikir panjang, anak-anak aku langsung titipkan ke bulikku. Aku mandi super kilat dan langsung bergegas ke rumah sakit siaga medika di Pemalang. Aku ajak adikku untuk ikut ke rumah sakit. Anak adikku juga dititipkan ke bulikku. 

"Mau ke mana, Pit?" Tanya tetangga yang melihat kami berdua seperti gusar.

"Pae masuk ICU lagi, pandongane nggih". Aku sangat berharap doa-doa terbaik dari orang² yang aku temui pagi itu.

Bismillah, kami berdua berangkat. Air mata nggak berhenti menetes tanpa sadar. Tapi aku seka lagi dan lagi, jangan sampai mataku tak dapat melihat jelas jalan raya karena perjalanan naik motor butuh konsentrasi penuh. Hati² dan pelan² konsentrasi ku benar² terpecah belah, aku takut! Aku takut!

Sesampainya di rumah sakit karena masih pagi belum boleh masuk jam besuk. Aku telpon ibu berkali-kali tidak diangkat, mungkin ibu masih sibuk pikirku gitu. Adikku cari cara bagaimana agar kami berdua bisa masuk. Duh Gusti... Aku ingin segera bertemu bapakku.. tolong Gusti..

Dua puluh menitan nunggu, akhirnya Ibu angkat telponku juga. Ibu ada di lantai 3. Aku di lantai 1. Aku minta ibu untuk lempar menjatuhkan kartu tanda penunggu pasien. Ibu menurut. Setelah aku mendapatkan kartu itu, aku masuk dengan cara bergantian dengan adik. Sesampai aku di lantai 3 aku kembali lempar kartu penunggu pasien ke lantai satu untuk adikku biar bisa masuk. Aku dan adikku bergantian melihat kondisi bapak yang sudah tidak sadarkan diri......

****

Maaf.. aku tiba-tiba nggak bisa melanjutkan  postingan ini. Belum sanggup! 😭😭😭😭😭

Pada intinya, yang aku ingat. Malam itu.. malam yang terasa sangaatt lama.. sangat sangat lamaa... Satu per satu tangisan pecah dari sudut sana dan sudut sini. Bergantian.. satu persatu menunggu giliran.. malam itu.. ada 4 orang yang meninggal di ICU. Yang kulakukan saat itu menengok kaca sekat antara ruang tunggu dan ruang pasien. Sangat berharap tulisan "KELUARGA BAPAK MIFTAHUDIN" ada di kaca itu. Karena yang sudah-sudah.. setiap kali ada tulisan keluarga si A dan si B. Pasti tanda bahwa ajal sudah menjemputnya.

Entah berapa story wa yang aku tulis malam itu. Sampai titik-titik. Aku update setiap rasa yang terbesit. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk mengurangi rasa sakit di dada. Aku merasa sangat berat untuk melewati malam itu.

Ya Allah.. aku mohon.. ampuni dosaku.. dosa kedua orangtuaku.. doa orang² yang menyayangiku. Aamiin.. 

Self healing yang selama ini aku lakukan selain menulis adalah menengadahkan kedua tanganku.. berdoa kepada Robku. Minta dikuatkan.. minta dikuatkan.. minta dikuatkan. Ini bukan luka yang biasa.. bukan luka yang orang² lain rasakan. Ini luka yang teramat pahit harus kehilangan orang yang paling aku sayang. Entah bagaimana caranya aku menyembuhkan luka ini. 

Satu tahun sudah berlaku. 9 Ramadhan tahun lalu. Bapak pergi untuk selamanya. Selamanya.. selamanya.. 😭
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

2 comments

  1. Assalamualaikum noorma cantik, komen pertama saya setelah sekian tahun. Semoga sehat-sehat ya sekeluarga. Ala kulli haal, Qadarullaah wa maasyaa fa'ala, kita adalah milik Allah dan akan kembali pada Allah. Semoga Allah melapangkan kubur bapak rahimahullah. Semoga keluarga yang ditinggalkan pun bisa dilapangkan dadanya. In syaa Allah tabah ya.

    ReplyDelete

Post a Comment