Bismillah, tema one day one post hari ke tiga adalah
Manfaat Berkunjung ke Rumah Saudara / Keluarga dan Cerita-cerita Serunya. Dan untuk
tema hari ini, saya akan bercerita tentang kisah saya yang pernah saya alami
sendiri. Saya di sini memposisikan sebagai tuan rumah yang dikunjungi saudara
saya dan manfaat dari silaturahim ini luar biasa untuk saya, sebagai tuan
rumah.
Begini ceritanya.
Tahun 2012, saat saya hamil tua. Saya
tinggal di rumah kontrakan bersama suami di perkampungan di daerah Ngaliyan
Semarang. Memilih mengontrak di kampung karena saat itu kami belum punya banyak
uang untuk bayar sewa rumah. Dan mengontrak di perkampungan lebih murah
ketimbang di rumah perumahan.
Hingga saya melahirkan, saya masih
tinggal di rumah kontrakan itu. Teman blogger
yang pernah main ke rumah kontrakan saya adalah Idah
Ceris. Rumahnya kecil, sederhana banget, airnya saja barengan dengan rumah
sebelah. Hihihi. Saya jadi banyak belajar di sana tentang keprihatinan dan
kemandirian.
sumber : alfannur's blog |
*******
Suatu hari, saudara saya, mbak
Bunga (bukan nama asli, hehe) SMS
saya kalau dia udah sampai Semarang dan
mau main ke kontrakan. Sangat mendadak, karena sebelumnya nggak ada obrolan
kalau dia mau ke Semarang. Dia datang dari jauh, luar kota. Dia datang mendadak
dengan rencana memberi kejutan sekaligus ingin melihat ponakannya yang mungil
nan cantik, Noofa.
Jujur saja, saat itu saya bingung
sekali tapi juga seneng. Saya bingung karena saya tidak punya uang untuk
sekedar membeli jajan atau teh botol. Saat itu saya hanya megang beberapa lembar
uang ribuan saja. Saya ingat sekali, jumlah uang segitu tidak cukup untuk
membeli 1 porsi nasi goreng. Tapi, namanya tamu datang harus dihormati, apalagi
dia datang jauh-jauh dari luar kota.
Dia datang ngasih kado untuk Noofa,
dan dua jenis buah saat itu yang jumlahnya sangat banyak. Saya jadi makin binguung.
“Duuh pie iki? Aku nggak ndue duit nggo nyobati tamu” Batin saya rasanya
perang! Sedangkan suami saat itu sedang kerja di warnet. Akhirnya saya suruh
pulang segera.
Sesampainya suami di rumah. Saya bisik-bisik
dengan suami di kamar.
“Bi.. ada uang nggak?”
“Ada siiih.. tapi ini uang masjid”
“Duuh.. gimana, ya? boleh dipinjem dulu nggak?”
“Buat apa, Mi? boleh saja.. tapi minggu depan harus diganti kalau mau
disetorin ke takmir”
“Ini loh Bi.. aku pengen Abi beli maem ya, buat makan mbak Bunga, kasian lah
dia datang jauh-jauh pasti sekarang sudah lapar, apalagi ini sudah asar, sudah
lewat jam makan siang. Pakai uang masjid dulu ya, Bi. Beli maemnya biasa saja,
eh tapi lauknya ayam, belinya di warung depan yang murah. Beli tiga porsi, ya.
Oiya, beli jajan juga. pilus atau apa yang ada di depan situ”.
“Iya, Mi.. tak sholat asar dulu”
Hati saya sedikit lega, lumayan tidak
bingung lagi. Urusan ganti uang masjid yang saya pakai dulu itu gampang nanti,
yang penting sekarang saya bisa menghormati tamu. Udah gitu aja waktu itu yang
ada dalam pikiran saya. Setelah selesai sholat, Abi berangkat beli makan. Saya pun
kembali menemani mbak Bunga ngobrol sambil ngajak Noofa ngobrol. Yaa ngobrol
sama bayi gitu deh, ngomong sendiri. Hihihi
Abi pulang dan saya langsung menyuruh
mbak Bunga makan, sambil menyiapkan piring, gelas dan air putih untuk minum. Kami
makan bersama saat itu. Sederhana, makan nasi bungkus. Iya saya jarang sekali
masak. Biasanya saya masak nasi aja, lauknya beli tapi kebetulan saat itu beras
juga habis. Pokoknya waktu itu bener-bener gitu lah. Hehe..
Kami makan dengan lahap, saya jadi
senang melihat mbak Bunga yang biasa saja. Maksudnya itu kan makannya nasi
bungkus. Tapi dia suka-suka aja gitu. Alhamdulillah.
******
Menjelang maghrib, mbak Bunga
pamit. Saya kira mau bermalam di kontrakan. Saya juga sudah menyiapkan kamar,
sprei sudah saya ganti, kamar juga sudah saya bersihkan. Tapi katanya mau
langsung ke destinasi selanjutnya, katanya mumpung di Jawa dia mau puas-puasin
main. Karena tiket juga sudah disiapkan, akhirnya mbak Bunga tetep pamit dan
berangkat.
Habis maghrib saya sms Abi yang
sedang di warnet. Setelah beli maem dan makan, Abi kembali ke warnet lagi,
karena sebenarnya jam kerjanya selesai jam 12 malam.
“Bi.. mbak Bunga mau pamitan”
“Loh, nggak nginep?”
“Nggak, Bi..”
“Iya, Mi. maaf nggak bisa ketemu soalnya tadi udah ijin keluar”
“Iya, nggak apa-apa, Bi”
Ya sudah saya sendirian lagi saat
mbak Bunga sudah pergi. Kembali sepi seperti malam-malam sebelumnya, nunggu
suami pulang dari warnet jam 12 malam.
******
Jam 23.15 wib Abi pulang. Biasanya
kalau sebelum jam 12 malam Abi sudah
pulang berarti warnet sepi. Jadi bisa pulang gasik.
”dapat salam dari mbak Bunga, Bi”
“Iya, wa’alaikum salam. Maaf tadi nggak bisa nemoni lagi”
“Iya, gak papa.. ini mbak Bunga bawain Noofa kado. Sama buah tuh di
kardus”
“iya, makasiih.. Alhamdulillah..”
“Iya, Bi.. tadi beli maem habis berapa?”
“maem sama
jajan habis 45 rb, Mi. Udah nanti biar Abi yang cari ganti, sekarang bubuk aja.
Noofa nggak rewel to?”
“enggak,
Bi.. Alhamdulillah”
******
Keesokan harinya, seperti biasa Abi siap-siap mau berangkat
ke sekolahan jam 6 pagi. Tiba-tiba ada tamu datang ke kontrakan sepagi itu. Beliau
memberikan bingkisan yang dibungkus tas. Setelah tamunya pamit karena memang
Abi juga udah mau berangkat. Saya buka tasnya ternyata isinya jajanan dan
amplop. Jadi ceritanya dia itu utusan dari boznya untuk ngasih sesuatu ke suami
karena beberapa hari lalu suami disuruh bacain doa waktu dia bangun rumah dan munggah molo. Sekarang ngasi lagi karena
rumahnya sudah jadi dan siap ditempati. Slametan gitu lah namanya.
Tahu nggak apa yang saat itu saya lakukan? Reflek, saya
nangis terharu. Kemaren sore loh saya kebingungan nggak punya duit waktu ada
tamu dan saya harus tetep menghormati dia. Dan hari ini Allah mengirimkan
rezeki lewat orang lain. Amplopnya berisi uang 200 rb. Jadi bisa untuk ganti
uang masjid 45rb. Sisanya masih banyak, bisa untuk beli beras kemasan dan beli
bensin motor Abi.
Ya Allah. Rezeki dari Mu memang benar-benar tidak
disangka-sangka. Dari kejadian ini saya menjadi makin yakin, bahwa silaturahim
itu punya kekuatan besar, di mana Allah akan memberikan rezeki lebih dan
memanjangkan umur. Dengan kata lain, Allah memberi rezeki untuk kami melalui
mbak Bunga, meskipun harus ‘keluar’ uang dulu, dan Allah menggantinya
berkali-kali lipat.
Itulah sedikit cerita yang pernah saya alami. Bahwa mengunjungi
keluarga itu memang banyak manfaatnya. Merekatkan tali silaturahim, menambah
rezeki baik rezeki si pengunjung maupun rezeki orang yang dikunjungi,
memanjangkan umur, dan awet muda.
Adakah teman-teman blogger semua yang pernah mengalami kisah
serupa? Yuk share di kolom komentar, biar saya juga bisa memetik hikmah dari
cerita yang temen-temen punya. *__*
Post a Comment
Post a Comment