Sejak kecil hingga dewasa aku
selalu diberi uang jatah bulanan oleh orangtuaku. Banyaknya kebutuhan yang
tiba-tiba dan tak terduga membuat aku cukup kesulitan untuk memanage uangku. Dengan
jatah uang yang dibatasi setiap bulannya membuat aku ingin mendapatkan uang
tambahan untuk keperluanku yang lain.
Tahun 2007, saat aku menjadi Mahasiswa
aktif semester IV, aku mencoba mencari pekerjaan part time. Sudah menjadi
tradisi seorang mahasiwa kebanyakan, memilih kerja part time adalah menjadi
Guru Les / Private. Saat itu aku bertanya kepada teman satu kos yang memang
sudah pengalaman ngelesi. “daftar aja di Bimbel Kidu, coba bikin Surat Lamaran
dan HSS terakhir semester ini” sarannya. Dengan sigap karena pengen banget bisa
mendapatkan uang tambahan untuk menyambung hidup, aku langsung ke rental computer
untuk mengetik Surat Lamaran, maklum tahun 2007 aku belum punya computer ataupun
Leptop. :D
Setelah selesai, aku mencoba melamar
ke Bimbel yang dimaksud. Singkat cerita, 1 minggu kemudian aku mendapat
panggilan untuk tes tertulis dan lisan. Entahlah tes itu hanya formalitas atau
bukan, yang jelas 2 hari setelah tes aku sudah mendapatkan hasil kalau aku
sudah bisa Ngelesi keesokan harinya.
Kamu tahu, kan gimana perasaanku
saat itu? Seneng tapi malah jadi bingung, karena aku belum bawa motor. Jadi,
selama hampir sebulan kalau aku Ngelesi di tempat jauh dan nggak dilewati
angkot, aku selalu ngojek. Hmm..
Tak terasa, waktu sebulan itu cepat
berlalu. Aku ke Bimbel untuk mengambil Gaji. Saat itu gajiku, setiap satu
pertemuan Rp12.000, dalam seminggu aku mengajar di 5 tempat. Jadi, aku
mendapatkan Gaji pertama sebesar Rp240.000.
Mendapatkan uang Rp240.000 untuk
pertama kali itu sangat menyenangkan. Aku bersyukur bisa mendapatkan uang dari
hasil kerja kerasku. Namun, ternyata kenyataan memang harus bicara. Setelah saya
hitung-hitung, pengeluaranku setelah ngelesi dan sebelum ngelesi itu lebih
banyak setelah ngelesi. Kok bisa? Kira-kira seperti ini rinciannya:
Aku berangkat ngelesi kadang naik
angkot, kadang naik ojek. Dalam sehari bila naik angkot pulang pergi aku
membutuhkan ongkos Rp4000. Berbeda dengan tarif naik ojek yang lebih mahal,
untuk PP naik ojek aku harus mengeluarkan ongkos Rp10.000,. Bisa dipastikan
saat itu aku 2 tempat yang harus naik ojek, dan 3 tempat yang bisa dijangkau
angkot. Dalam satu minggu aku harus mengeluarkan ongkos sekitar Rp.32.000,
dikalikan 4 minggu untuk sebulan aku harus mengeluarkan uang sekitar Rp128.000.
Sisa uang gajian setelah dikurangi
untuk ongkos pulang pergi, aku tabung
dicelengan yang aku buat sendiri menggunakan botol bekas air mineral yang aku
tutup dengan kertas kado. Setiap bulan Alhamdulillah muridku bertambah. Tiga bulan
menjadi guru les, aku ngerasa capek bila harus naik angkot dan ojek, akhirnya
aku minta motor sama bapak dan aku gunakan untuk berangkat ngelesi.
Bersyukur, lebih hemat dengan motor
sendiri, murid bertambah. Uang gajian yang aku tabung bisa untuk beli PRINTER EPSON.
:D
Post a Comment
Post a Comment