Selama aktif terjun sebagai blogger dengan nama blog Cah Kesesi Ayutea, banyak diantara
teman-teman blogger bertanya apa itu “Kesesi”?
dimana? dan berbagai pertanyaan lainnya. Meskipun dalam salah satu postingan,
saya sudah menuliskan tentang apa itu KESESI, akan tetapi hal tersebut tampaknya belum cukup untuk memberikan pemahaman
kepada para pembaca tentang apa itu “Kesesi”.
Nah, berawal dari persoalan itulah, saya memiliki
sebuah niatan untuk menuliskan secara detail tentang sebuah daerah bernama “KESESI” yang tak lain merupakan daerah
di mana saya menghabiskan sebagian hidup saya selama ini dalam bentuk sebuah
buku. Bukan hanya sebagai media untuk mempromosikan “Kesesi” yang selama ini memang belum ada tulisan baku tentang
daerah saya, akan tetapi rencana menulis buku tentang “Kesesi” juga saya niatkan untuk mengikuti kontes blog yang
diadakan oleh Pakdhe Cholik tentang “Proyek
Monumental Tahun 2014”.
Kenapa harus menulis tentang “KESESI”? mungkin pertanyaan itu yang akan muncul di benak para
pembaca sekalian. Jawaban saya adalah karena Kesesi memang pantas dan layak
untuk ditulis. Selain memang tujuan awal adalah untuk memperkenalkan “Kesesi”
kepada masyarakat, menulis buku tentang
“Kesesi” saya rasa memang perlu dan wajib dilakukan karena hingga saat ini
belum ada dokumentasi baku yang memuat secara detail tentang daerah saya
tercinta. Apalagi niatan saya ini mendapat dukungan penuh dari kedua orangtua
saya dan mereka siap membantu dalam penggalian data dari berbagai narasumber.
Setelah konsultasi dengan salah satu teman blogger
senior, ternyata menulis tentang DAERAH itu memiliki kelebihan tersendiri. Menurutnya
menulis tentang suatu daerah itu mempunyai nilai positif di mana nantinya bisa
berfungsi untuk mempromosikan kelebihan dan ke-khas-an daerah itu sendiri.
Lalu, apa saja yang akan saya kupas tentang “Kesesi”? yang
jelas banyak hal mengenai “Kesesi” yang akan saya tuliskan dalam buku yang saya
sebut sebagai proyek munumental saya di tahun 2014.
Pertama, Kondisi
geografis Kesesi, di mana daerah saya merupakan Kecamatan paling barat Kabupaten
Pekalongan yang berbatasan langsung dengan beberapa Kecamatan di Kabupaten Pemalang
yaitu Kecamatan Comal, Bodeh, dan juga Bantarbolang. Kedua, Kondisi
sosial masyarakat, di sini masyarakat Kesesi merupakan masyarakat yang
heterogen secara sosial ada yang memiliki mata pencaharian sebagai petani,
pedagang, wiraswasta, PNS, dan lain sebagainya. Meskipun demikian kehidupan
sosial berjalan secara harmonis, hal itu disebabkan karena budaya pedesaan yang
santun, saling menghormati, toleransi masih melekat dalam setiap sikap dan laku
masyarakat Kesesi. #Bangga banget jadi bagian dari masyarakat Desa Kesesi :D
Ketiga, Kondisi
alam, Kesesi merupakan daerah yang berada di wilayah utara pegunungan Dieng.
Sehingga tidak mengherankan daerahnya sangat subur, air mengalir tanpa henti,
sawah-sawah menghijau, perkebunan yang subur menjadikan kecamatan Kesesi juga
dikenal sebagai wilayah agraris.
Selain itu adalah Tempat
Wisata, meskipun sebagai daerah pinggiran kabupaten Pekalongan akan tetapi
Kesesi juga memiliki tempat-tempat yang sangat nyaman untuk dikunjungi bahkan
jika dikelola dengan baik bisa dijadikan sebagai tempat wisata keluarga.
Seperti bendungan Kaliwadas, Bendungan Bukur, dan Bendungan Brondong yang
setiap hari ramai dikunjungi masyarakat Kesesi dan sekitarnya. Ada juga
jembatan panjang yang selalu ramai dijadikan tempat untuk jalan-jalan saat sore
hari, apalagi kalau bulan Ramadhan tiba, setiap hari tempat ini pasti ramai
dikunjungi masyarakat untuk ngabuburit.
Wisata
religi, di Kesesi ada satu makam Ulama besar penyebar agama Islam.
Ulama tersebut bernama asli Mbah Asral
yang dikenal sebagai “Mbah Wali Gendon”.
Hingga saat ini makam mbah Wali Gendon selalu ramai dikunjungi peziarah,
apalagi saat haul beliau yang dilaksanakan setiap hari Ahad Legi di bulan
Jumadil Awal, maka bisa dipastikan peziarah membludak hingga ribuan orang. Selain
Mbah Wali Gendon, ada juga tokoh Ulama yang memang tidak begitu masyhur seperti
Mbah Wali Gendon, yaitu Mbah Cempaluk. Kata
Simbah saya, makam Mbah Cempaluk ada di sekitar Jembatan Panjang.
Selanjutnya saya akan menulis tentang Makanan khas Desa Kesesi, umumnya
daerah Pekalongan identik dengan “Sego Megono”. Akan tetapi ada satu makanan
jajajan yang menjadi ciri khas Kesesi yaitu “Apem Kesesi”. Apem Kesesi sangat terkenal karena rasanya yang
legit. Apem ini juga menjadi salah satu makanan tradisional yang dijadikan simbol
Kesesi saat Haul Mbah Wali Gendon. Hingga saat ini produksi apem masih dijaga
kelestariannya oleh beberapa usaha rumah tangga secara turun temurun. Beberapa
hal tersebut itulah yang nantinya secara umum akan saya jadikan bahan tulisan
untuk menggambarkan apa itu “KESESI”.
Kemudian bicara masalah waktu. Dalam bayangan saya,
menyelesaikan penulisan buku tentang suatu daerah membutuhkan waktu yang
lumayan lama, seperti halnya menulis Thesis, menulis tentang Kesesi tentu butuh
yang namanya penelitian untuk beberapa data pendukung. Paling tidak, saya
membutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk menyelesaikan naskah buku Kesesi
karangan saya. Rencananya, saya akan menggandeng suami saya sebagai editor
naskah saya dan teman kuliah saya sebagai layouter. Kemudian saya akan menggunakan jasa penerbitan indie publisher supaya mudah dan cepat, kalau kata Pakdhe supaya rasa percaya diri tetap terjaga untuk karya selanjutnya. :D Begitulah rencana proyek monumental
tahun 2014, semoga niatan ini bisa
terlaksana dengan baik dan lancar serta bisa membawa manfaat bagi orang lain, Amien.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan:Proyek Monumental Tahun 2014.
Post a Comment
Post a Comment