Dua hari kemaren (Selasa dan Rabu), Noofa sakit. Padahal Senin
sorenya masih ceria banget, lha kok pas malam mendadak suhu badan naik. Panasnya
sih, nggak tinggi-tinggi banget, 37 derajat celcius. Tapi, panas segitu udah
bikin khawatir juga, ding. Saya sempat
mikir Noofa keracunan makanan, karena siangnya makan jajan yang beli di penjual
keliling. Tapi, dugaan saya sepertinya salah, karena Noofa nggak (maaf)
mencret. Biasanya kan kalau anak keracunan, selain demam, dia juga mencret
karena pencernaan terganggu, mual, juga pusing.
Keesokan harinya, saya telepon Abi. Bilang kalau Noofa sakit
dan manggilin Abinya terus. Saya meminta Abinya pulang. Tentu tidak memaksa
karena saya tahu Abi sedang sibuk mengurus pemberkasan untuk propinsi. Tetapi,
masa iya tega Noofa sakit manggilin Abinya tapi Abinya nggak pulang? Walaupun saya
sudah berusaha menjelaskan kepada Noofa kalau Abi pulangnya nanti hari Sabtu
pagi. But, yang namanya Noofa lagi
sakit begitu? Hiks Serba salah
jadinya.
Noofa sudah besar, sudah bisa merasakan dan mengutarakan
keluhannya. Seperti saat kemaren badannya sudah mulai tergolek lemas, Noofa
terus-terusan merengek rewel dan mengeluh kepalanya pusing sambil megangin
jidadnya terus. Minta dipijitin. Semalaman saya nggak tidur karena mijitin
Noofa dan rewel banget. Setiap dia terbangun, yang dicari Abinya terus. Apa mungkin
Sakitnya karena kangen sama Abinya? Hmm.. padahal, Abinya baru saja berangkat
ke Semarang Senin pagi. Masa iya, belum ada 24 jam pisah sudah kangen sampai
sakit? Entah lah, yang jelas, setiap kali Noofa terbangun, selain merengek
minta dipijitin, yang diucap nggak ada kata lain selain “Abiiii…”. Duuh.. jadi
syediih :(
Akhirnya, saya ambil sarung Abi buat selimut tidur Noofa. Dia pun nurut banget diselumutin pakai sarung Abi, padahal.. Noofa paling pantang untuk selimutan. Walaupun di rumah punya selimut unyu-unyu, tetep dia gak suka pakai selimut kalau tidur. But, beda dengan hari itu!. Aneh! Memang kedinginan, atau kangen Abi?? Entahlah....
Akhirnya, saya ambil sarung Abi buat selimut tidur Noofa. Dia pun nurut banget diselumutin pakai sarung Abi, padahal.. Noofa paling pantang untuk selimutan. Walaupun di rumah punya selimut unyu-unyu, tetep dia gak suka pakai selimut kalau tidur. But, beda dengan hari itu!. Aneh! Memang kedinginan, atau kangen Abi?? Entahlah....
“Iya, Mi.. Abi usahakan pulang nanti sore, kasian Noofa. Nanti
Abi sebelum pulang mau ijin dulu ke Kepala Sekolah” begitu yang diucapkan Abi
sebelum telepon ditutup.
Lega banget rasanya. Saya bilang ke Noofa, kalau nanti sore
Abi mau pulang. Tapi, Noofa malah mewek-mewek mau nangis. Dia maunya sekarang,
katanya. Saya tetep bilang ke Noofa untuk sabar menunggu Abi pulang.
“Doain Abi, ya, Nok.. biar selamat sampai rumah, nanti bisa
ketemu Noofa, bisa main lagi sama Noofa” . begitu yang saya katakan kepada
Noofa, berulang-ulang.
Suhu badan Noofa mulai turun, sekitar 36,7 derajat celcius. Saya
memang tidak memberikan dia obat penurun panas. Saya hanya mengolesi badan dia
dengan bawang merah yang diparut yang saya campur dengan minyak kayu putih. Alhamdulillah
manfaatnya luar biasa. Saya memijatnya sendiri di bagian punggung dan di bagian
‘kempongan’. Hehe.. saya nggak tahu bahasa Indonesianya ‘kempongan’. Hihihi
Dari Selasa siang sampai Rabu malam Noofa nggak mau makan. Bahkan
minum saja nggak mau. Saya yakin banget dia lapar, tetapi apa yang dia makan
dan dia minum, belum ada hitungan menit sudah dimuntahin. Duuh, Gusti. Ini Noofa
kenapa? ^^
Saya bikin status tentang kondisi Noofa di facebook. *dasar
mamak alay*. Dan Alhamdulillah ada beberapa saran dari teman facebook. Salah
satunya untuk memberikan Noofa air kelapa muda ijo. Nggak pakai lama, saya
meminta simbahnya Noofa untuk membelikan kelapa muda hijau.
Nggak mudah membujuk Noofa untuk minum. Bukan tanpa sebab,
ini semua karena mungkin sedikit kekhawatiran Noofa akan muntahnya setelah
kemasukan sesuatu. Rasanya perut Noofa menolak apapun, bahkan air putih! Coba,
bayangkan! Gimana nggak kalut, disperated banget saya dua hari kemaren! Tapi,
tak gentar membujuk Noofa, akhirnya berhasil, walaupun hanya tiga sendok air
kelapa muda dan sesendok madu. *tidak muntah pula* *Alhamdulillah*
Rabu sore, menjelang maghrib. Abi sampai rumah. Lali-laki
penuh tanggung jawab banget. Abi pulang bawa mainan, susu kotak, dan coklat kesukaan Noofa. Tetapi Noofa tidur
karena lemes banget nggak ada tenaga. Nggak makan apapun. Tidurnya juga nggak
tenang, karena perutnya kosong.
Noofa terbangun, tapi belum ngeliat ada Abi di sampingnya. Mewek---nangis---,
kaya setengah sadar dia minta pijetin kepalanya dan terus manggilin Abi.
Saya bangunin dia dan bilang kalau Abi sudah pulang. Barulah dia
sadar dan meluk Abi.
Duuuhh.. apa iya, sakitnya Noofa karena kangen?
Dia tidur lagi sambil meluk Abi. Hiks. Kangen banget kayaknya, ya. Memang sebelum Abi pulang kemaren
itu, dua minggu nggak ketemu Abi.
Tengah malamnya, Noofa bangun. Badannya sudah nggak demam,
dia juga sudah mau ceria, senyum, dan main mainan yang dibawain Abi tengah
malam. Selain itu dia juga ambil coklat yang ditaruh di atas meja. Lucu banget
pas saya bangun ngeliat tingkah Noofa. Sedikit lega juga ngelihat Noofa tertawa
dan mau makan, walaupun yang dimakan coklat. Hehe.
Esok paginya (Kamis). Bangun tidur
minta pipis sama Abi, terus minta maem. Saya dengernya seneng banget. Dia minta
makan disuapin Abi, mandi air hangat juga mintanya sama Abi. Wis pokoke Abi kabeh. Hihihi. Noofa pun
ceria, nggak muntah lagi, sehat wal afiyat, mainan tablet lagi, loncat-loncat
di atas kasur lagi. sembuh!
Sungguh, mungkin ini yang namanya
kekuatan cinta. Rasa rindu mendalam, pertemuan lah yang menjadi obatnya. Terima
kasih, Abi. Sudah menjadi Abi yang sangat baik dan perhatian kepada Noofa. Sudah
menjadi suami yang tanggung jawab.
Sehat selalu, ya, Nak. Umi sedih
kalau Noofa sakit kaya kemaren. Nggak mau makan, nggak mau minum, nangis terus,
manggil-manggil Abi. Pokoknya mulai sekarang, Ceria terus. Sholihah. I love
you.
Post a Comment
Post a Comment