Alhamdulillah, saya masih diberi kenikmatan berjumpa dengan
Ramadhan tahun ini. Baru masuk hari ke dua, nih. Semoga lancar sampai hari
kemenangan nanti. Amin.
Bicara tentang Ramadhan, ada sholat sunnah yang tidak kita
jumpai di bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan, yaitu sholat Tarawih. Sholat
yang dilaksanakan setelah sholat isya ini bisa dilakukan sendiri (munfarid) atau berjama’ah.
Di hari ke dua ini, saya selalu mengajak Noofa untuk ikut
sholat tarawih di Masjid. Tujuan saya mengajak Noofa supaya dia bisa ikut
melaksanakan sholat. Bisa karena terbiasa, sehingga saya membiasakan Noofa
untuk sholat. Saya selalu berusaha memberi contoh yang baik kepada Noofa,
karena dia akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Kalau saya malas sholat
nantinya Noofa juga akan malas sholat, Na’udzubillah.
Ada beberapa hal yang biasa saya lakukan sebelum sholat
tarawih:
Pertama, berbuka puasa/makan sebelum Isya’. Biasanya ada
orang yang menunda berbuka puasa sampai setelah tarawih, kalau saya justru
berbuka setelah sholat maghrib. Jadi waktu bedug maghrib berbunyi, saya berbuka
dengan takjil dan teh manis anget/es. Kemudian ambil air wudhu dan sholat
maghrib. Setelah itu saya makan nasi lengkap dengan lauk pauknya, secukupnya
tidak berlebihan.
Kedua, bersih-bersih dan beres-beres. Setelah berbuka, saya
langsung beres-beres. Membersihkan meja makan, membereskan piring tempat
lauk-pauk, juga mencuci piring. Saya tidak mau menundanya sampai setelah
tarawih, khawatir nantinya akan datang rasa malas, lagipula yang kotor habis
dipakai hanya tiga piring dan tiga gelas. Sedikit, kan? Ya karena kami keluarga
kecil, hidup bertiga. ^__^
Selanjutnya, saya menyiapkan mukena dan sajadah yang akan
dipakai untuk tarawih. Sarung dan peci untuk Abi juga saya siapkan. Dilihat
dulu sarung dan mukenanya lecek apa nggak, kalau lecek karena lipatan yang
nggak rapih, saya akan menyetrikanya dulu. Waktu malam pertama, saya lupa
mukena saya nggak disetrika dulu. Malu banget, melihat jama’ah lain mukenanya
rapih, sedangkan mukena saya kusut dan lecek. Mukena berbahan katun santung memang
harus selalu disetrika karena cepet lecek meskipun dilipat dengan rapi. Bila
perlu, sehabis dipakai sholat tarawih jangan dilipat dulu, tapi digatung
menggunakan gantungan baju. Supaya
mukena tetap rapi dan dibagian muka tidak berjamur karena lembab terkena
keringat.
Ke empat, memakai wangi-wangian. Saya memakai wangi-wangian
yang saya oleskan/semprotkan ke mukena yang saya pakai. Parfum yang saya pakai
tidak mengandung alkohol.
Ke lima, menyiapkan alat tulis. Kok alat tulis? Iya, saya
suka membawa alat tulis seperti bolpen dan buku kecil untuk mencatat ceramah
kultum sebelum sholat witir. Di Semarang, setiap tarawih selalu ada kultumnya.
Yang mengisi kultum biasanya beliau Imam sholat tarawih. Pernah juga saya
gunakan HP untuk merekam uraian ceramah, tapi sangat jarang. Saya lebih suka
membawa buku dan bolpen untuk mencatat secara manual materi ceramah, dan ini istiqomah saya lakukan sejak dulu.
Dan yang terakhir, saya menyiapkan uang untuk mengisi kotak
amal. Saya juga memberikan uang ke Noofa supaya nanti Noofa memasukkan uangnya
ke kotak amal. Saya melakukan hal ini sebagai pembiasaan kepada Noofa untuk
selalu beramal, memberi dan bershodakoh. Saya tanamkan sejak dini, supaya kelak
Noofa bisa menjadi anak yang sholehah. Saya selalu berusaha menjadi contoh yang
baik bagi anak. Sebenarnya beramal bukan hanya di bulan Ramadhan saja, bisa di
bulan-bulan lain. Namun, kesempatan di bulan Ramadhan yang suci ini, alangkah
baiknya kita perbanyak amal sholeh. Kelak menjadi bekal untuk akhirat nanti. Amin.
Itulah beberapa hal yang saya lakukan sebelum sholat tarawih.
Lalu, apa saja yang Anda lakukan sebelum sholat tarawih? Yuk share di kolom
komentar.. ^____^
Post a Comment
Post a Comment