Stasiun Semut Surabaya
hari ini tak seperti biasanya. Banyak orang yang memadati setiap sudut
ruangan. Gerbong kereta tambahan yang akan mengangkut penumpang jurusan Jakarta
terlambat datang, sehingga tidak mengherankan jika akhirnya stasiun yang kecil
ini menjadi sumpek karena penuh sesak orang. Begitu juga aku ikut berdesakan, sesekali
menyusup disela-sela mereka, bersenggolan dengan pria dan wanita. Kadang berjalan
agak cepat, kadang berjalan santai melenggang seenaknya.
Diantara riuhnya calon penumpang kereta, kulihat perempuan
berambut panjang sedang kebingungan. Namun aku cuek saja dan perlahan menjauhinya.
Aku berjalan menuju gerbong kereta kosong yang sepi. “Hahahaha.. jangan panggil aku Tejho si Kapten Bhirawa bila aku gagal dalam hal ini!”. Lima belas
dompet sudah kulihat isinya. Ku kantongi setiap lembar rupiah. Tersisa satu
dompet warna pink. Ahhkk…SIAL! ini dompet cuma ada goceng! dan selembar kertas
yang sudah terlihat usang, karena penasaran perlahan kubuka kertas itu lalu
kubaca.
"Lho? ini kan tulisanku? kenapa ada di dompet perempuan itu?"
Malunya aku membaca surat buatanku sendiri. Senyum-senyum
dan nggak nyangka surat cinta jaman
SMP masih awet sampe sekarang. “Jangan jangan………..??”
Tuh, kan benar, Surti!.. fotomu pun masih seperti yang dulu. "Ahh.., Surti… kenapa harus kamu yang menjadi
korbanku? maafkan aku!, aku menyesal!”.
Post a Comment
Post a Comment