Dalam rangka ulang tahun Mizan yang ke 30 tahun, dan untuk
turut serta memeriahkan sayembara #MizanAndMe lewat tulisan ini saya akan
berbagi pengalaman saya dengan Mizan.
Saya terlahir didunia ini dalam keadaan tidak tidak tau
apa-apa, seperti kertas putih saya mengikuti warna apa saja yang akan mewarnai diri
saya. Tidak ingin salah mendidik, orang tua saya pun banyak mengajari saya
tentang banyak hal. Diantaranya diajari cara membaca dan menulis. Hingga di
usia empat tahun saat saya belum masuk sekolah TK saya sudah bisa membaca dan
menulis, dan saat itu saya menjadi salah satu siswa yang sudah pandai membaca
dan menulis. Saya masih ingat kata-kata bapak ”wong kui bakal biso ngerti dunyo
mergo moco, lan wong sing bisa moco mesti pinter nulis, sebab tulisan sing
ditulis itu hasil soko moco” kurang
lebih artinya seperti ini ”Orang akan tahu isi dunia karena mereka suka
membaca, dan orang yang bisa membaca pasti dia pandai menulis, karena tulisan
yang dia tulis adalah hasil dari apa yang ia baca”. Dari situ saya termotivasi
untuk suka membaca, walaupun yang saya baca adalah buku-buku cerita cerpen atau
fabel. Dari kesukaan itu, cerpen anak-anak dan fabel menjadi bacaan favorit
saya setiap hari.
Saya masih ingat ketika saya di Pesantren, kelas satu SMP. dimana pertama kalinya saya kenal buku-buku terbitan Mizan. Buku-buku pelajaran yang digunakan di Pesantren semuanya terbitan Mizan, kecuali buku panduan untuk mata pelajaran Islamiyah yang menggunakan buku-buku dari Pondok Gontor- Ponorogo – Jawa Timur. Buku mata pelajaran terbitan Mizan, contohnya mata pelajaran Matematika, bukunya tebal, lebar dan berwarna biru itu menjadi teman setia, bahkan tak jarang ketika saya belajar matematika lalu ketiduran, buku ini menjadi salah satu bantal dari tumpukan buku-buku yang lain.
Saya masih ingat ketika saya di Pesantren, kelas satu SMP. dimana pertama kalinya saya kenal buku-buku terbitan Mizan. Buku-buku pelajaran yang digunakan di Pesantren semuanya terbitan Mizan, kecuali buku panduan untuk mata pelajaran Islamiyah yang menggunakan buku-buku dari Pondok Gontor- Ponorogo – Jawa Timur. Buku mata pelajaran terbitan Mizan, contohnya mata pelajaran Matematika, bukunya tebal, lebar dan berwarna biru itu menjadi teman setia, bahkan tak jarang ketika saya belajar matematika lalu ketiduran, buku ini menjadi salah satu bantal dari tumpukan buku-buku yang lain.
Matematika adalah
mata pelajaran yang paling saya sukai sejak SD sampai MAN. Maka dari itu, Mizanberwarna biru laut itu sering saya bawa ketika jam belajar di Pesantren dan
mencoba menjawab latihan soal yang ada di dalam buku tersebut. Tak jarang pula
saya mengerjakan soal di BAB yang belum dijelaskan oleh Guru, saya belajar
sendiri semampu saya. Dibanding buku terbitan lain, buku Mizan yang paling acceptable karena sangat mudah dipahami
dan latihan soalnya bervariasi. Tidak hanya untuk Mapel Matematika, untuk mapel
yang lain seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia pun bahasanya mudah dipahami dan cocok
untuk siswa yang hendak belajar sendiri. Berbeda dengan kebiasaan saat SD yang
suka membaca cerpen dan fabel, saat SMP dan MAN saya malah lebih tertarik untuk
belajar dan membaca buku-buku pelajaran, hasil yang aku dapatkan pun sangat
membanggakan, karena saya selalu menjadi tiga besar disetiap catur wulan.
Terima kasih, Mizan.
Tulisan ini diikutsertakan dalam sayembara #MizanAndMe
Post a Comment
Post a Comment