Tulisan ini diikutkan pada 8
Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.
Syukur Alhamdulillah aku masih diberi kenikmatan lahir maupun
batin, walaupun beberapa hari yang lalu aku diberi ujian berupa teguran kecil yang
bernama sakit. Ketika sakit, aku selalu ingin berada di rumah, ditengah
keluarga karena bisa menjadikan hati menjadi tenang, damai dan yang pasti bisa
mempercepat proses penyembuhan. Kenapa? Karena kasih sayang yang terus mengalir
dari keluarga itu menjadikan jiwa ini hidup dan tak redup lagi. Berbicara tentang
rumah, aku disini akan sedikit bercerita tentang seputar rumahku. Bertepatan dengan
kontes blog yang diadakan oleh komunitas blogger Makassar dimana kita ditantang
untuk ngeblog selama 8 minggu dan setiap minggunya menulis dengan tema yang
berbeda-beda. Nah, mumpung tema pertamanya adalah cerita tentang “sekitar rumahmu”, jadi disini aku ingin
bercerita tentang sekitar rumahku, disisi lain dengan tema ini bisa menjadikan
kawan semua akan tahu dimana rumahku? bagaimana keadaan sekitar rumahku? Dan bagaimana
kehidupan masyarakat di sana? Itung-itung memperkenalkan desaku, karena “tak kenal maka tak sayang”, ya enggak?
Berangkat dari pertanyaan pertama, sebenarnya aku belum punya
rumah sendiri, karena rumah yang aku tempati sekarang berstatus rumah
kontrakan. Hehe.. Jadi, Rumah yang akan aku ceritakan disini adalah rumah yang
sudah sejak lama aku tempati. Ya, rumah orang tua yang aku anggap rumah sendiri
berada di Desa Kesesi Kabupaten Pekalongan
Jawa Tengah. Beberapa bulan lalu aku sudah membuat tulisan singkat
tentang KESESI, tapi berbahasa Jawa. Sudah pasti pembaca yang bukan asli orang
Jawa akan merasa roaming. :)
KESESI adalah nama Desa plus Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pekalongan, perbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Blogger Makassar sudah ada
yang pernah berkunjung ke Jawa Tengah belum, ya? Kalau belum, boleh lah kapan-kapan
main ke Jawa, terus main ke Kesesi, ya?
Rumahku berada di desa Kesesi, salah satu desa yang masih
terbilang asri, masih banyak pohon-pohon hijau disekitar rumah yang membuat
udara terasa sejuk, masih banyak kebun yang ditanami pepohonan rindang sehingga
suasana pedesaan masih terasa kental. Rumahku terdiri dari satu ruang tamu, lima
kamar tidur, dua ruang keluarga, satu ruang makan, satu dapur, tiga kamar
mandi, satu taman dan kolam ikan, satu garasi, dan dua teras rumah. Disamping rumahku
ada sungai panjang peninggalan jaman belanda, suara gemericik air mengalir di
sungai membuat suasana malam menjadi lebih syahdu.
Terdapat pula satu jembatan kecil yang melintang di atas
sungai samping rumahku yang menjadi penghubung utama satu tempat ke tempat lainnya,
sehingga tak ada lagi jalan buntu di desaku. Namun ada satu hal yang patut
disayangkan, rumahku tidak mempunyai halaman depan karena di depan rumahku langsung
berupa jalan desa. Sepeda, motor, becak serta grobak silih berganti melewati
depan rumahku. Tapi jalan depan rumahku tidak bisa dilewati mobil, karena jembatan
disamping rumahku sempit lebih sempit dari lebar mobil. Maka dari itu jika ada
temanku main ke rumahku yang mengendarai mobil selalu memarkir mobil di depan
mushola yang terletak di sebelah timur sungai samping rumahku.
Beberapa minggu yang lalu, jembatan di samping rumahku retak
karena tergerus air hujan yang terus menerus mengguyur desaku, hal itu yang akhirnya
mengakibatkan arus besar sungai mengikis pondasi jembatan. Bersyukur masyarakat
disekitar rumahku cekatan dan cepat tanggap dalam menangani permasalahan ini,
tidak ingin akses ini putus begitu saja, maka tetangga rumahku bergotong royong
menambal sementara retakan dengan tujuan sebagai pertolongan pertama supaya
retakan tidak bertambah parah. Dengan dana sumbangan seikhlasnya perkepala
keluarga, penyelamatan jembatanpun dapat diselesaikan dengan baik.
Syukur Alhamdulillah, aku punya tetangga yang baik. Mereka
suka saling membantu sesama tetangga bila ada yang sedang kesusahan. Bila ada
yang sakit, mereka menjenguk dan saling mendoakan. Selayaknya hidup dipedesaan,
rasa persaudaraan yang erat menyemat hati masing-masing individu. Aku bangga
menjadi salah satu penduduk desa Kesesi yang asri.
goyong royong masyarakat desa Kesesi saat memperbaiki jembatan yang retak |
Post a Comment
Post a Comment