Salah satu tahapan terpenting dan wajib dilalui
mahasiswa baru ketika resmi menjadi bagian dari suatu perguruan tinggi adalah
mengikuti kegiatan kampus yang bernama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus
atau yang lebih sering disebut OSPEK. Kegiatan ini seakan sudah menjadi tradisi
dan sulit untuk dihilangkan di dunia kampus. Meskipun setiap kampus telah
mengganti nama kegiatan untuk menyambut mahasiswa baru sesuai keinginan
masing-masing, namun tetap saja masyarakat menyebutnya sebagai Ospek.
Kegiatan Ospek sendiri akhir-akhir ini menjadi sangat kontroversial,
karena sering dijadikan sebagai ajang balas dendam mahasiswa senior kepada
juniornya, sehingga tak jarang mengakibatkan jatuhnya korban bahkan sampai ada
mahasiswa baru yang meninggal dunia. Bahkan yang terbaru Erfin Juniayanto (19)
siswa baru Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Tangerang,
tewas setelah dua hari mengikuti Diklat Orientasi Pembelajaran (DOP) atau
semacam ospek di kampusnya. Kejadian tersebut semakin menunjukkan bahwa Ospek
merupakan kegiatan yang tidak humanis.
Ospek sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan yang
sangat positif, karena sebagai wahana sosialisasi kampus bagi mahasiswa baru agar
mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan kampus yang
akan dijadikan sebagai tempat belajar selama mereka kuliah. Dalam Ospek itu
pula mahasiswa baru biasanya akan dibekali wawasan secara ideal, apa dan
bagaimana sesungguhnya menjadi mahasiswa yang baik dan benar. Hal itu dilakukan
agar mereka bisa mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, serta
mengaktualisasikan minat dan bakatnya secara maksimal.
Jika bisa dikemas secara sistematis dan lebih humanis,
maka Ospek bisa menjadi sebuah kegiatan pengenalan kampus yang ideal dan
menyenangkan bagi mahasiswa baru. Karena di dalam kegiatan tersebut bisa
dimanfaat untuk menggali potensi dan bakat mahasiswa baru untuk kemudian bisa
salurkan dan dikembangkan di berbagai organisasi kemahasiswaan yang ada di
kampus. Ospek juga bisa dijadikan sebagai wahana pemberdayaan mahasiswa baru yang
penuh dengan nuansa idealisme, penuh aroma intelektual dengan dibumbui semangat
Ilmiah agar mereka bisa menunjukkan kreatifitasnya.
Untuk bisa mewujudkan hal itu, maka kegiatan Ospek harus
dilakukan dengan pendekatan yang bersifat humanistik. Perangkat dan aturannya harus
dibuat sebaik mungkin dengan tujuan untuk mengasah kreativitas mahasiswa baru. Bahkan
sanksi yang diberikan kepada mahasiswa baru yang melakukan kesalahan haruslah
hukuman yang mendidik bukan menyakiti. Selain itu ruang dialogis dan komunikasi
antara panitia dan peserta harus selalu dibuka selebar-lebarnya untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai wahana pengenalan kampus kepada mahasiswa baru,
Ospek bagaimanapun tetap dibutuhkan. Hanya saja diperlukan rencana yang matang
serta dibutuhkan panitia yang bertanggungjawab serta memiliki jiwa mendidik
bukan panitia yang suka menindas. Jiwa-jiwa superioritas, senioritas, hendaknya
dihilangkan karena hal itu tidak dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Yang diinginkan
oleh mahasiswa baru selama Ospek adalah senior yang bisa dijadikan sebagai
seorang kakak yang siap membimbing saat mereka membutuhkan, mengajari disaat
mereka tidak mengerti serta mampu menjadi teladan saat mahasiswa baru
membutuhkan sosok panutan.
Post a Comment
Post a Comment