Ada persoalan serius yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia.
Persoalan tersebut seakan sudah menjadi penyakit kronis yang sulit untuk
disembuhkan. Penyakit tersebut adalah hilangnya budaya jujur. Kejujuran seakan
menjadi barang langka dan mahal harganya di bumi pertiwi ini. Sebaliknya
kebohongan dan dusta seakan sudah menjadi laku rutinitas dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal tersebut seakan menjadi satu pertanda bahwa bangsa ini
sedang sakit.
Berbicara tetang kejujuran, tentu yang terlintas dalam benak kita
adalah sebuah sifat dan berperilaku seseorang yang sesuai dengan apa
adanya, tidak dilebihkan dan juga tidak dikurangkan. Kejujuran merupakan dasar
dan prinsip dari kehidupan, baik kehidupan berkeluarga, masyarakat , berbangsa
dan bernegara. Dalam ajaran agama Islam, kejujuran merupakan inti dari akhlak
yang merupakan salah satu misi dari diturunkannya Nabi Muhammad ke dunia ini (innama buitstu li’utammima makarimal akhlak:
sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti).
Bahkan kejujuran merupakan dasar kebaikan dan tiket menuju surga, hal
itu sebagaimana hadits Nabi yaitu:
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”(HR Muslim) dalam Shohih Muslim hadits no : 6586
Di zaman modern saat ini, kejujuran ibarat barang langka yang harganya
lebih mahal dibandingkan dengan uang maupun intan permata. Buktinya saat ini
kejujuran seakan telah punah, dan akibat dari kepunahan tersebut adalah krisis
multidimensional yang melanda bangsa Indonesia sehingga kekacauan terjadi di mana-mana.
Hilangnya kejujuran di negeri ini telah melanda hampir di semua sendi
kehidupan, baik itu di sektor pendidikan, ekonomi, hukum lebih-lebih
dalam dunia politik kejujuran seakan menjadi musuh yang harus diberangus habis.
Contoh hilangnya kejujuran di berbagai sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara di negeri ini diantaranya adalah:
- Sektor pendidikan, maraknya kecurangan ketika pelaksanaan Ujian Nasional, manipulasi data-data guru ketika akan mengikuti program sertifikasi, dan juga budaya plagiasi di dunia kampus.
- Sektor ekonomi, yaitu maraknya perilaku bisnis dan perdagangan yang dilakukan dengan cara-cara penipuan demi mendapatkan untung besar
- Sektor hukum, yaitu maraknya jual beli kasus, mafia peradilan serta suap menyuap kepada penegak hukum seakan sudah menjadi kebiasaan.
- Sektor politik, dalam sektor ini kejujuran hampir-hampir sudah tidak bisa ditemukan karena dalam dunia ini bisa di ibaratkan seperti pepatah Jawa “Esuk Dele Sore Tempe (pagi kedelai sore tempe)”. Jadi apa yang dikatakan dan diperbuat para politikus bisa berubah dalam hitungan menit bahkan detik.
Akibat hilangnya budaya jujur paling tidak akan membawa dampak negatif
bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dampak tersebut antara lain:
- Hilangnya budaya malu. Jika seseorang sudah tidak memiliki kejujuran dalam dirinya, maka dia tidak akan mempunyai rasa malu meskipun melakukan perbuatan yang salah dan merugikan orang lain.
- Suburnya budaya korupsi. Harus diakui jika bangsa ini memang merupakan Negara korup karena perilaku korupsi telah menggurita baik yang dilakukan oleh pejabat di tingkat pusat sampai pejabar RT semua terbiasa melakukan korupsi. Bahkan saat ini budaya korupsi juga dilakukan oleh masyarakat awam.
- Hilangnya rasa tanggung jawab. Kejujuran sesungguhnya dapat menjadikan seseorang menjadi bertanggungjawab, sebaliknya jika seseorang sudah tidak memiliki prinsip kejujuran dalam hidupnya maka dia akan menjadi seseorang yang tidak bertanggungjawab dalam hal apapun.
Ketiga dampak diatas merupakan efek ketidakjujuran secara umum yang
terjadi di negera kita tercinta, masih banyak efek buruk lainnya yang
disebabkan oleh perilaku tidak jujur. Lebih dari itu sesungguhnya kejujuran
merupakan modal dasar kebangkitan bangsa ini dari segala keterpurukan. Oleh
sebab itulah agar bangsa ini tidak semakin tenggelam dalam keterpurukan, maka
kejujuran harus kembali menjadi prinisp hidup masyarakat Indonesia.
Untuk mengembalikan budaya jujur ditengah-tengah masyarakat Indonesia,
hal-hal yang perlu kita lakukan diantaranya adalah dengan mengkampanyekan
gerakan jujur nasional. Mencontoh apa yang pernah diajarkan oleh KH. Abdullah
Gymnastiar (Aa’ Gym) mengenai 3M, maka gerakan jujur nasional juga dapat
dilakukan dengan cara 3M yaitu:
- Mulai dari diri sendiri. Untuk membudayakan berkata, berperilaku dan berbuat jujur maka harus dimulai dari diri kita masing-masing. Jika setiap individu dan masyarakat telah sadar akan pentingnya hidup jujur maka bukan tidak mungkin bangsa ini akan menjadi bangsa yang jujur karena masyarakatnya jujur.
- Mulai dari hal kecil. Perilaku jujur harus dimulai dari perbuatan kecil yang dilakukan sehari-hari, semisal berkata jujur, menepati janji, tidak mengurangi timbangan, tidak korupsi waktu, dan lain sebagainya. Karena perilaku jujur dari skala kecil lah yang akan membuat kejujuran di skala yang besar, semisal jujur berpolitik, jujur berbisnis, jujur memimpin dan lain sebagainya.
- Mulai dari sekarang. Berkata, berperilaku dan berbuat jujur itu tidak bisa direncanakan tetapi harus dilakukan saat ini juga. Karena jika kejujuran hanya direncanakan maka akan menjadi angan saja tanpa implementasi. Oleh sebab itulah alangkah baiknya melakukan kejujuran jangan di tunda-tunda.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2012 harus dijadikan sebagai
momentum untuk mengembalikan kejujuran menjadi prinsip dan spirit hidup bagi
masyarakat Indonesia dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan bangsa ini.
Karena kejujuran merupakan kunci kebangkitan bangsa ini. Selamat Hari
Kebangkitan Nasional!!!
Post a Comment
Post a Comment