header cah kesesi ayu tea

Wisuda XII Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang


Seminggu yang lalu, tepatnya hari Sabtu, (21/11) saya menghadiri acara wisuda XII Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang. Sebuah acara yang membanggakan sekaligus dinanti-nantikan oleh wisudawan dan wisudawati. Saya datang bersama dengan rombongan dosen STIT Pemalang ke tempat acara di hotel Regina Pemalang. Sampai di tempat acara sekitar pukul 08.00 pagi dan acara baru bisa dimulai satu jam setelahnya. 

Ada 51 wisudawan-wisudawati yang hari itu diwisuda, dan semuanya dari program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Wisuda ke dua belas ini diselenggarakan oleh panitia kampus di Hotel Regina Pemalang dengan pertimbangan bahwa hotel yang terletak di jalan Pantura Pemalang mudah dijangkau oleh siapapun. 

Dari 51 wisudawan-wati, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi dengan jumlah 3,81 diraih oleh wisudawati dengan nama Nurkhasanah. Terbaik kedua dan ketiga diraih oleh Siti Afifaturrohman (3,77) dan Milhatun (3,75).


 
hadirin berdiri saat rombongan senat memasuki ruangan


Wisuda Sarjana Strata 1 (S1) Prodi PAI ini dipimpin langsung oleh ketua STIT Pemalang, Bapak Muntoha. Selain itu juga dihadiri oleh Bapak Bupati Pemalang, Ketua Umum Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) Hayono  Isman, Koordinator Perguruan Tinggi Islam (Kopertais) Jateng yang diwakili oleh Hasyim Muhammad, dan tamu undangan lain. 



Beberapa sambutan yang disampaikan, ada yang paling berkesan yang sampai sekarang masih saya ingat. Sambutan ini disampaikan oleh ketua Umum Kosgoro, Bapak Hayono Isman. Beliau menyampaikan tentang karakter orang Indonesia, Pancasila sebagai mahakarya Bangsa Indonesia dan beliau tidak sependapat bila agama menjadi alat politik. Di akhir pidatonya, beliau berpesan kepada semua pemimpin di Negeri ini, “Bila kalian sudah tidak bisa memimpin, bila kalian sudah tidak amanah, maka berhentilah menjadi pemimpin, jangan paksa kalian untuk terus memimpin”. Di sini beliau memberikan contoh kepemimpinan Soeharto, pada jamannya dulu Pak Harto memilih untuk berhenti (bukan mundur) dari kepemimpinannya karena pak Harto tidak mau ada perseteruan dan pertumpaham darah yang lebih banyak lagi dari masyarakat dan mahasiswa, ungkapnya.



Wisuda ini adalah wisuda pertama STIT yang saya hadiri. Karena baru setahun saya mengajar di sana. Menghadiri undangan acara wisuda sebagai dosen tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Saat saya bertanya kepada panitia wisuda, apakah ada dresscode-nya? Panitia menjawab tidak. Pakaian bebas asal sopan. Maka itu, saya memilih memakai gamis bahan wolfis warna hitam dan dipadukan dengan jilbab segi empat bahan wolfis berwarna dasar putih dengan motif bunga-bunga cantik. Sedangkan panitia wisuda yang terdiri dari staff dan dosen menggunakan kemeja warna biru.

Acara ini bisa dikatakan sangat sukses. Terbukti dengan tidak adanya halangan suatu apa yang mengganggu berjalannya wisuda ini. Semua hasil kerja keras panitia dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara besar ini. Sebagai salah satu pengajar baru di STIT, saya mengucapkan Selamat dan sukses kepada seluruh wisudawan, semoga ilmu yang selama ini didapatkan dapat bermanfaat di masyarakat, bangsa dan Negara. Amin.  
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment