Mendiskusikan tentang sosok K.H. Abdurrahman Wahid (1940-2009) atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur memang tidak akan pernah ada habisnya. Ide, gagasan, pemikiran, humor serta berbagai kontroversi yang pernah beliau timbulkan di negeri ini hingga saat ini masih sering diingat dan bahkan sering dipublikasikan dalam berbagai bentuk tulisan yang tersebar baik itu di media cetak, online baik media mainstrem maupun antimainstrem.
Memperbincangkan Gus Dur sebagai seorang tokoh bangsa hampir tidak akan pernah selesai. Tokoh kelahiran Jombang Jawa Timur itu memang memiliki popularitas tersendiri yang diakui oleh banyak kalangan. Gus Dur adalah salah satu ikon pemikir Islam di tingkat lokal Indonesia maupun dunia internasional. Gus Dur merupakan sosok yang terus mengajarkan dan mengembangkan ajaran teologi Islam yang inklusif dan moderat. Konsistensi seorang Gus Dur baik sebagai cendikiawan, tokoh agama, pemimpin, sekaligus sebagai aktivis hak asasi manusia dalam membumikan pentingnya menghargai segala bentuk perbedaan di nusantara dan dunia menjadikan beliau dikenal sebagai bapak multikultural-plural dan demokratis.
Berbagai latar belakang itulah yang menjadikan saya sangat mengidolakan sosok Gus Dur, bukan hanya karena saya sebagai umat Islam dan kebetulan juga merupakan salah satu warga Nahdliyin, namun lebih dari itu, bagi saya Gus Dur adalah seorang inspirator yang mampu membuka cakrawala pemikiran saya khususnya agar menjadi pribadi yang inklusif, demokratis serta mampu menghargai segala bentuk perbedaan yang terjadi di sekitar saya.
Buku Tentang Gus Dur
Sebagai tokoh intelektual Muslim Indonesia, banyak sekali pemikiran-pemikiran Gus Dur yang telah ditampilkan dalam berbagai literatur yang bisa kita baca, khususnya berbagai buku yang telah diterbitkan dan ditulis oleh banyak sekali penulis. Diantara buku tentang Gus Dur yang menjadi favorit saya adalah buku yang berjudul “Gus Dur; Jejak Bijak Sang Guru Bangsa” karya Anom Whani Wicaksana yang terbit pada tahun 2019 yang lalu.
Buku ini berisikan uraian tentang kisah hidup Gus Dur dengan pemikiran-pemikirannya yang begitu bijaksana serta berbagai bentuk prilaku kesehariannya. Salah satunya menceritakan tentang kesederhanaan Gus Dur dalam menjalani kehidupannya yang tentu itu merupakan salah satu bentuk kezuhudan beliau. Ia tidak memikirkan materi yang berlebihan namun ia tetap menerima apa adanya dan istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran.
Lebih dalam lagi dalam buku ini mengupas tentang pemikiran, sikap, dan teladan seorang Gus Dur bagi masyarakat luas yang hingga saat ini masih diteladani. Bagi banyak orang khsusunya bagi Gusdurian (penganut dan pecinta Gus Dur), sosoknya terasa masih ‘hidup’. Pemikiran Gus Dur, baik lewat sikap, ucapan, maupun dalam bentuk tulisan, telah menginspirasi banyak orang untuk melanjutkan cita-cita luhur dan perjuangannya beliau.
Bahkan menurut alm. Gus Sholah, Gus Dur ibarat buku yang dapat dibaca semua orang. Ia dapat dibaca oleh siapa pun, kapan saja, dan dari sudut pandang apa pun (Gus Dur, Jejak Bijak Sang Guru Bangsa, halaman 79). Bukan hanya itu saja bukti bahwa Gus Dur memang dicintai oleh banyak orang dari berbagai kalangan bisa dibuktikan saat beliau wafat dan saat prosesi pemakaman beliau di Pesantren Tebuireng Jombang, manusia membanjiri pemakamannya serta menggelar tahlil belasungkawa selang beberapa hari. Itu adalah bukti nyata bahwa banyak orang begitu mencintai sosoknya yang sederhana dan penuh keteladanan. Ia sudah beramal saleh secara tulus, dan masyarakat yang merasa menerima manfaat amal salehnya membalasnya juga secara tulus (Gus Dur, Jejak Bijak Sang Guru Bangsa, halaman 36).
Setelah beliau dimakamkan pusara beliau juga tidak pernah sepi diziarahi oleh berbagai peziarah dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri. Hal itu menunjukkan bahwa Gus Dur adalah tokoh bangsa yang sangat dicintai oleh banyak orang. Dan banyak lagi berbagai teladan yang bisa kita ambil saat membaca dan mendalami buku “Gus Dur; Jejak Bijak Sang Guru Bangsa”. Selamat membaca!
Post a Comment
Post a Comment