header cah kesesi ayu tea

Mengatasi Perubahan Iklim dengan Kesadaran Kolektif

Akhir tahun 2017 yang lalu merupakan awal Saya dan suami memulai sebuah langkah baru dalam hidup kami. Ya, tahun 2017 lah kami membulatkan tekad untuk mencari tempat tinggal sendiri dan memutuskan untuk tidak tinggal serumah dengan orang tua. Satu tujuan kami adalah, kami ingin belajar hidup mandiri serta mengurangi ketergantungan dengan orang tua. Keputusan ini tentu bukan tanpa masalah, tentu saja hal tersebut awalnya tidak disetujui oleh orang tua, akan tetapi dengan argumentasi yang Saya dan suami kemukakan akhirnya orang tua mengijikan bahkan mendukung keputusan kami untuk belajar hidup mandiri terpisah dari mereka.

Mencari sebuah tempat tinggal (rumah) ibarat mencari seorang jodoh. Banyak hal yang harus dipertimbangan sebelum memilih calon tempat tinggal. Begitu juga dengan Saya dan suami, kami beberapa hari mencoba mendatangi beberapa kapling perumahan di sekitar daerah Kajen Pekalongan. Kenapa kami memilih daerah Kajen sebagai calon tempat tinggal, alasannya karena agar lebih dekat dengan tempat kerjSaya yaitu IAIN Pekalongan kampus baru di daerah Bojong.

Saat itu, kami telah berkeliling di daerah Kajen untuk mencari perumahan yang cocok untuk kami tempati. Mulai dari perumahan yang sudah jadi, perumahan yang baru dibukan, hingga perumahan yang relatif elit kami kunjungi untuk sekedar melihat, bertanya serta mencoba merasakan suasananya. Jujur saja, kami memang cukup selektif memilih calon rumah yang akan kami tempati. Kalau suami sih kriterianya simple, mudah airnya, dekat kampung, deket masjid dan suasananya yang adem. Sejujurnya sih kreteria yang diinginkan suami hampir sama denganku, hanya saja kalau Saya harus ditambah deket dengan pasar dan pusat kota hehehehe.

Alhamdulilah, setelah mencari beberapa hari dan beberapa tempat, akhirnya kami menemukan satu perumahan yang baru saja dibuka dan memenuhi dari kreteria yang kami cari yaitu lokasinya di kelilingi kampung, airnya mudah, dekat dengan masjid, suasananya masih relatif adem serta jarak dengan pusat kota dna pasar kurang lebih hanya 2 km. Dan tentu saja, sangat dekat dengan lokasi kerjaku yaitu cuma 5 menit perjalanan.




Berubah Panas


Setelah resmi mengambil sebuah rumah dengan sistem KPR di Perumahan Graha Asri Gumiwang (PGA) Desa Gejlig, Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan dan kami tempati secara resmi mulai dari tahun 2019 yang lalu hingga sekarang lambat laun suasana adem yang semula kami rasakan berubah menjadi sedikit panas. Setelah Saya telusuri ternyata daerah sekitar lingkungan rumahku juga terdampak adanya perubahan iklim yang saat ini sedang melanda dunia secara menyeluruh.

Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena pemanasan global, dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda serta menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia.

Harus Saya akui bahwa diantara faktor yang mempengaruhi perubahan iklim di lingkungan tempat tinggalku salah satunya adalah karena berkurangnya jumlah tumbuhan dan pepohonan. Menjamurnya pembukaan lahan yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan kebun warga berubah fungsi untuk perumahan, kost-kost-an serta tempat usaha juga menjadi faktor utama yang menjadikan perubahan iklim yang sebelumnya terasa adem menjadi kian panas.

Perubahan iklim yang dulu adem menjadi panas tidak hanya terjadi di sekitar rumah tempat tinggalku saja, di tempat kerja saya yaitu Kampus IAIN Pekalongan yang baru suasanya juga sangat panas. Betapa tidak lahan yang saat ini ditempati kampus IAIN Pekalongan yang baru dulunya adalah lahan kebun namun saat ini dialihfungsikan untuk bangunan gedung-gedung tinggi untuk perkuliahan. Pembukaan lahan serta proses pembangunan gedung-gedung yang relatif lama serta ditambah dengan proses reboisasi lingkungan kampus yang berjalan lamban menjadikan lingkungan kampus menjadi sangat panas.

Penggunaan pendingin udara di ruang-ruang kampus juga semakin menegaskan adanya perubahan iklim yang begitu masif disekitar tempat tinggalku. Hal itu semakin diperparah dengan banyaknya mahasiswa pengguna sepeda motor yang setiap harinya mengeluarkan gas beracun dari knalpot sepeda motor yang mereka gunakan. Masih minimnya kesadaran setiap individu tentang adanya resiko perubahan iklim saat ini menjadikan momok tersendiri bagi keberlangsungan hidup kita di masa depan.

Kesadaran Kolektif


Tindakan dan pilihan dalam mengantisipasi resiko terjadinya perubahan iklim harus kita ambil. Saat ini semua masyarakat dunia, khususnya penduduk di Indonesia baik di pedesaan maupun perkotaan tentu sudah merasakan dampak adanya perubahan iklim dunia. Agar dampak resiko dari perubahan iklim tidak semakin membesar maka dibutuhkan kesadaran kolektif setiap individu masyarakat Indonesia untuk meminimalisir penyebab terjadinya perubahan iklim.

Kampanye #UntukmuBumiku #TeamUpforImpact harus masif disosialisasikan kepada masyarakat serta digalakkan demi menjaga lingkungan kita agar tetap nyaman untuk ditinggali. Dalam skala kecil dilingkungan keluarga kesadaran kolektif harus dibangun dengan cara setiap keluarga (lingkungan rumah) harus memiliki tanaman (penghijauan) baik berupa tanaman obat, bunga-bungaan, tanaman buah maupun tanaman yang lain yang bermanfaat. Hal itu dilakukan agar lingkungan rumah menjadi lebih asri, hijau dan terasa adem dan nyaman.

Saya sendiri merasa bahwa untuk mengurangi dampak adanya perubahan iklim harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga sendiri. Oleh sebab itulah saat ini Saya bersama keluarga mulai belajar menaman berbagai bunga di pot-pot kecil, serta menanam sayur-sayuran. Tujuannya selain untuk memperindah lingkungan rumah, juga bisa menghemat biaya kebutuhan dapur karena Saya bisa memanen sayur-sayuran yang Saya tanam sendiri. Kedepannya Saya juga berencana menanam tanaman obat-obatan semisal jahe, kunyit dan lain-lain.

Bagiku langkah ini memang bukan hal hebat dan besar yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global. Namun Saya yakin jika langkah kecil ini bila dilakukan oleh setiap orang di negeri ini maka dampak perubahan iklim di negara ini akan bisa diminimalisir. Bukankah hal besar berawal dari langkah kecil, oleh sebab itulah secara pribadi Saya mengajak kepada setiap individu masyarakat Indonesia untuk mencegah dampak perubahan iklim dengan melakukan hal-hal kecil dan bermanfaat dilingkungan kita sendiri.

Bukankah dalam agama juga dijelaskan bahwa “Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (QS. Al-Baqarah: 11). Oleh sebab itulah mari bersama-sama kita menjaga alam raya dengan sebaik-baiknya.
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment