header cah kesesi ayu tea

Menjadi Guru Kreatif di Tengah Pandemi

Assalamu'alaikum,


Guru sebutan untuk seseorang yang mengajar di suatu instansi, baik formal maupun informal. Digugu dan ditiru di mana guru menjadi roll model untuk para muridnya. Di masa pandemi seperti ini, atau lebih tepatnya sejak Maret lalu, guru-murid yang biasanya bertatap muka langsung, berubah menjadi sekolah online. Keduanya tak bias bertatap muka, melainkan hanya bisa bersua via dunia maya.

Sejak sekolah online, menjadi PR banget dong bagi seorang guru. Mereka harus memikirkan cara untuk tetap bisa mengajar dan materi yang disampaikan bisa sampai ke murid-muridnya. Nggak hanya guru di sekolah sih, saya juga merasakan jadi dosen ngajar daring sungguh lebih melelahkan daripada ngajar offline.

Dengan kata lain, guru dituntut untuk bisa lebih kreatif dan tidak biasa-biasa saja. Nah untuk menjadi seorang guru kreatif yang tidak biasa dengan kemampuan di atas rata-rata guru lainnya ada yang harus dilakukan untuk mengembangkan diri. dan boleh dibilang ini adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh guru.

Hal paling utama untuk mengembangkan diri adalah membuat target komitmen sebagai guru. Pastikanlah, target komitmen yang dibuat dapat terus menantang dan memicu diri untuk melakukan lebih.
Kreatif adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang (atau kelompok orang) yang memungkinkan mereka menemukan terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru atau unik, berbeda, dan lebih baik dari sebelumnya (Agus S. Madjadikara, 2005).
Maka, guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik siswa dengan baik. Karena guru yang cerdas dan kreatif akan melahirkan output siswa yang cerdas dan kreatif juga.

gambar ilustrasi ambil dari google

Lalu, bagaimana sih menjadi guru yang kreatif di masa -masa setelah pandemic begini? di mana sekolah juga masih banyak yang harus dilakukan secara daring. 

Memanglah, Pandemi Covid-19 telah menambah masalah dalam dunia pendidikan. Seperti yang saya tulis di atas, murid-murid sejak Maret 2020 diminta belajar dari rumah. Munculnya persoalan ini dibuktikan pendapat dari orang tua dan anak anak yang menyebut kejenuhan mulai dirasakan saat belajar dari rumah.

ilustrasi guru ngajar secara online

Tantangan berat bukan hanya bagi guru, tetapi juga untuk orangtua dan muridnya itu sendiri. Belajar di rumah membuat orangtua juga bisa ikut belajar dong ya, orangtua jadi tahu bagaimana sabarnya jadi seorang guru hehe..

Menurut saya sih, antara guru dan orangtua harus saling bersinergi dan berkomunikasi untuk kemajuan anak. Kenapa demikian? Ketika sang guru sudah berusaha memberikan yang terbaik, berinovasi dengan sedemikian rupa akan tetapi orangtua dan murid belum bisa mengikuti ya sama saja. 

Sama halnya ketika pembelajaran online semua tetapi masih banyak masalah dating karena kegaptekan orangtua, walhasil guru juga harus mengalah door to door untuk pembelajarannya.

Di sini tidak hanya guru yang harus bisa ini dan itu. Tapi bangun komunikasi baik antara guru dan orangtua. Toh pada dasarnya orangtua adalah guru untuk anak-anaknya. Ya kan?
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment