Jumat, 1 April 2016. Nggak terasa
juga udah masuk bulan April. Waktu berjalan begitu cepat. Katanya kalau kita
ngejalanin waktu dan waktu itu terasa berjalan begitu cepat, tandanya kita
menjalaninya dengan hati bahagia. Begitupun sebaliknya, bila kita sedang
bersedih hati, maka hari yang dijalanin akan terasa sangat lama. Bener, nggak,
sih?
Tapi kalau dipikir-pikir, kita
memang sebaiknya tidak usah bersedih hati terlalu lama dan senantiasa harus membikin
suasana hati kita jadi riang gembira. Mungkin, salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan cara berkumpul dengan teman. Dengan berkumpul,
bersilaturahim, dan bercengkrama dengan teman, kita bisa mendapatkan banyak
manfaat. Bukan untuk ngerumpi loh, ya. Hihihi..
Ini parenting di rumah saya, sayangnya banyak yang pulang dan sadar kalau belum foto. Hiks |
Seperti hari ini, saya
kumpul-kumpul dengan teman-teman wali murid PAUD Insan Robbani di acara
parenting kelas. Acara parenting kelas yang diadakan rutin setiap dua minggu
sekali. Kebetulan saya yang ditunjuk menjadi MC-nya. Hihihi. Mendadak gagap
kalau disuruh ngomong, haha..
Sayangnya parenting kelas tadi
banyak yang ijin nggak berangkat. Jadi sepi sekali, biasanya setiap parenting
ada diskusi yang hidup, saling curhat, dan pernah juga dari curhat-curhatan kami
sampai menitikan air mata. Kami semua, menjadi keluarga baru, keluarga kelas
Nabi Adam PAUD Insan Robbani.
Setiap parenting kelas, pasti ada
materi yang disharingkan dari salah satu peserta untuk kemudian didiskusikan
bersama. Nantinya semua peserta akan mendapat giliran menjadi pemateri. Tujuannya
tak lain agar ada variasi materi yang berhubungan dengan parenting dan supaya
lebih aktif di mana kami terlibat di dalamnya. Selain untuk latihan ngomong di
depan (public speaking), juga untuk menghalau
rasa grogi dari setiap dari kami. Intinya, kami bersama dan bersatu.
Parenting kelas Nabi Adam selalu
diawali dengan membaca Alquran. Bukan tilawah dari salah satu peserta loh ya,
tetapi kami semua membaca Alquran, bergilir. Satu juz dibagi jumlah peserta. Kalau
ternyata banyak yang berhalangan, yaa fleksibel saja, mungkin bisa hanya
setengah juz saja. Yang tidak membaca berarti menyimak, apabila ada bacaan yang
kurang benar, ya dibenerin, intinya di sini adalah kami saling belajar bersama.
Setelah semua mendapat giliran
membaca Al quran, sesi selanjutnya ada penyampaian materi dari salah satu
peserta. Siang tadi yang menjadi pemateri adalah Ummi Bilqis (Mbak Emi). Dia adalah
salah satu wali andik sekaligus ustadzah di PAUD Insan Robbani.
Materi yang disampaikan oleh mbak
Emi adalah tentang tips mendidik dan melatih anak sholat untuk anak usia dini. Mbak
Emi menyebutkan setidaknya ada lima cara yang bisa dilakukan oleh tua untuk
melatih anak balitanya sholat. Kelima tips tersebut, antara lain:
- Orang tua hendaknya menjadi teladan untuk anak
Anak adalah peniru ulung
orangtuanya. Mana kala orangtua ingin mengajarkan anak sholat, maka yang sebaiknya
dilakukan orangtua adalah memberi teladan atau contoh kepada anaknya. Dengan cara
mengajak anak sholat bareng. Dengan begitu anak akan melihat gerakan-gerakan
sholat yang kemudian menirukannya. Kata mbak Emi, yang penting anak dikenalkan
gerakan-gerakan sholat terlebih dulu, setelah sudah mahir gerakan salat, baru
deh orang tua bisa mengajarkan bacaan-bacaan sholat dengan cara mengeraskan
suara atau dengan suara yang nyaring sehingga bacaan salat kita dapat didengar
dan direkam anak.
- Tidak bosan dengan cara melatihnya berulang-ulang
Melatih anak usia dini untuk sholat
bisa dilakukan dengan cara melatihnya berulang-ulang. Tidak mungkin juga, kan,
anak kita bisa langsung bisa hafal dalam sekali. Pasti perlu yang namanya
berulang-ulang, dengan begitu, anak akan terbiasa mendapatkan stimulus gerakan-gerakan
sholat yang nantinya akan bisa dilakukannya secara mandiri. Oiya, usahakan kompak
dengan semua anggota keluarga di rumah, jadi semisal orangtua pergi, anak tetap
bisa belajar dengan orang lain yang ada di rumah mungkin bersama simbah, om,
bulik dan lain sebagainya. Intinya dalam keluarga saling mengingatkan untuk
senantiasa mendidik anak tentang salat.
- Tidak memaksa anak untuk melakukan sholat
Iya betul, sholat lima waktu itu
wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Tetapi anak usia dini kan masih tahap
belajar. Belum punya kewajiban untuk melaksanakan sholat. Pembiasaan yang
dilakukan orangtua secara tidak langsung akan menjadikan alam bawah sadar anak
menerima itu, dan anak akan melakukannya sendiri di kemudian hari tanpa ada
paksaan. Namun, meskipun demikian karakter anak biasanya kan berubah-ubah dan
unik, susah ditebak. Apabila si anak sedang kurang mood, jangan paksa anak
untuk melakukan sholat. Berilah pengertian dan pengarahan yang benar bukan
dengan paksaan, dengan demikian anak akan merasa nyaman dan aman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang sholat tersebut.
- Menciptakan suasana nyaman untuk anak
Pernah nggak lagi sholat terus si
anak naik ke punggung, atau saat sedang takhiyat si anak dengan cekatannya
duduk di pangkuan kita? Saya sering. Kalau hal itu terjadi jangan marah kepada
anak karena akan menjadikan sholat kita menjadi batal lho, masak salat sambil
marah-marah hehehehe... Suasana sholat seharusnya dilakukan dengan tenang,
nyaman, dan tentram. Hindarkan suasana sholat menjadi hal yang menakutkan agar
anak senantiasa terbiasa untuk melakukannya dikemudian hari.
- Tidak membanding-mandingan dengan anak orang lain
Setiap anak mempunyai
perkembangan dan karakter motorik yang
berbeda-beda. Because kids are unique. Jadi
jangan sampai kita membanding-mbandingan anak kita dengan anak orang lain atau
anak saudara? Itu loh, kakak A pinter, kakak B juara. Kamu itu mbok yaa yang pinter
kaya mereka! Biasanya kalimat seperti itu malah akan membikin down anak.
Kita bisa ganti bahasa kita dengan
bahasa yang santun dan bahasa persuatif, dengan belaian kasih sayang seorang
ibu. Insya Allah tidak terlalu sulit. Dan
itulah tips yang disampaikan Mbak Emi. Melatih anak untuk sholat itu butuh
kesabaran, ketlatenan, dan kerja keras. Jangan bosan untuk terus mengajarkan
anak akan hal-hal kebaikan.
Post a Comment
Post a Comment