Seperti kata pepatah "Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya", istilah popular lain dalam bahasa Inggris adalah Like Mother, Like Daughter. Di mana bermakna bahwa seorang anak cenderung menyerupai orang tuanya. Ya, aku juga cenderung meng--iyakan pepatah itu, karena seorang anak kan lebih sering melihat kebiasaan orangtuanya, itu sudah menjadi hal yang lumrah bila sang anak akan meniru orangtuanya. Bagaimana si orangtua mendidik anaknya, dan mencetak anaknya kelak mau jadi seperti apa.
Banyak hal yang memang membuat aku manggut-manggut dan geleng-geleng kepala, kadang kagum, gemes, kadang pula sedih ketika melihat polah tingkah Noofa. Misalnya, semenjak Noofa bisa protes dan ngambek, ya Allah.. sedih sekali karena Noofa suka ngamuk nggak jelas, nangis dipol-polin, dan tantrum. Ketika aku sharing sama Ibuku, eh Ibu malah tertawa dan bilang "Yoo.. Podho koe jaman cilik" . Sadar nggak sadar, kalau Noofa seperti itu, sekarang aku anggap seperti kaca bagiku dan kembali teringat kata-kata Ibu, "paling juga Noofa tiru aku"!
Ngomongin sifat Noofa yang identik Koleris, berkemauan keras membuat aku juga harus ekstra mengencangkan "ikat kepala", tidak mungkin aku berdiam diri ketika Noofa ngamuk, aku harus mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan yang baik. Tentu, sebagai orangtua yang idealis, aku tidak ingin sifat burukku juga akan menjadi sifat buruk Noofa, aku hanya ingin yang baik-baik saja dari aku yang Noofa tiru. Semua orang juga pasti ingin seperti apa yang aku inginkan!
Bicara soal kebiasaan lain, (mungkin) karena sudah menjadi hal yang sering Noofa lihat, Noofa sekarang suka menyanyi, Noofa memang belum mengerti tentang apa itu HOBI, akan tetapi kebiasaan itu membuat aku menjadi mengerti betapa yang dilakukan orangtua akan lebih banyak ditirukan anaknya. Aku pernah dua kali mengajak Noofa karaokean, bernyanyi bersenang-senang, mengenalkan microfon untuk pengeras suara saat bernyayi, kini Noofa bisa berimaginasi dengan benda yang ia pegang, saat dia menyayi biasanya dia akan mencari botol minyak kayu putih atau benda lain seperti lampu senter yang diimaginasikan sebagai Mic. Lucu memang, dan sangat membahagiakan!
Noofa saat bernyayi dengan lampu senternya :D |
Menyanyi akan menjadi hal yang disukai Noofa (mungkin) kelak saat Noofa besar nanti, seperti aku yang memang suka menyanyi. Dan akan aku dukung selagi ini tetap di jalan yang baik dan positif, menyalurkan bakat, dan berkreasi membawa prestasi. Bila perlu, bila suatu saat nanti memang bakat menyanyi Noofa itu benar ada, aku ingin Noofa menyanyikan lagu-lagu Islami seperti gambus dan qosidah saja, tapi entah bagaimana nasib lagu qosidah saat Noofa sudah besar nanti, semoga saja makin bersemi. Amin :D
Harapanku untuk Noofa, boleh saja meniru sifat orangtua, asal yang baik dan bagus saja yang ditiru, tidak meniru sifat buruk Umimu ini, karena Umi juga nggak ingin kelak bila nanti kamu punya anak, sifat buruk yang ada di kamu akan ditiru anakmu. Hehehe..
Kalau aku sendiri masih terus mempunyai prinsip untuk selalu mengajarkan yang terbaik untuk Noofa, kami sebagai kedua orangtua sepakat untuk memberikan contoh yang baik kepada Noofa. Kebayang nggak sih kalau nanti anak kita protes saat kita menyuruhnya untuk sholat? Contoh: "Ngapain aku sholat, lha wong bapak nggak pernah sholat?" JLEEEBB! Ada satu status Facebook Pak Hariyanto Wijoyo tanggal 21 Feb 2014 yang cukup mengetuk hatiku:
Orang tua sholat + anak sholat = orang tua dan anak masuk surga,
Orang tua tidak sholat + anak sholat = orang tua masuk neraka dan anak masuk surga,
Orang tua sholat + anak tidak sholat = orang tua dan anak masuk neraka.
Orang tua tidak sholat + anak sholat = orang tua masuk neraka dan anak masuk surga,
Orang tua sholat + anak tidak sholat = orang tua dan anak masuk neraka.
Post a Comment
Post a Comment