header cah kesesi ayu tea

Narcissistic personality disorder (NPD), Pengertian, Gejalanya dan Kisah Kartika Soeminar

Akhir Juni lalu, tepatnya Sabtu, 29 Juni 2024. Saya bersama sepuluh teman blogger dari komunitas Kumpulan Emak Blogger hadir di acara #KEBIntimate yang diselenggarakan di Hotel Santika Premier, Semarang. Selain Blogger, ada juga para awak media lain yang turut hadir dalam acara tersebut. Tema dari #KEBIntimate kali ini adalah #Narcisstic #NPDSurvivor #NPDAwareness #BrokenButUnbroken #BreakTheSilence #KartikaSoeminarStory.

Jujur, waktu pertama kali ada flyer di grup facebook KEB, saya langsung tertarik dan sangat berharap bisa belajar langsung tentang NPD dengan pakarnya, karena belakangan ini gangguan kepribadian dari berbagai jenis gangguan seperti sudah sangat massive terjadi di kalangan masyarakat, malah prihatinnya lagi ternyata gangguan ini banyak dialami oleh remaja. Hmmm, sedih ya. Saya tahu sendiri saat saya pernah menjadi pasien dari dokter Jiwa di Rumah Sakit Umum Djunaid Pekalongan, pasien di klinik dokter jiwa jumlahnya paling banyak di antara pasien klinik lain, sehari saja pasiennya bisa sampai 150 pasien.

Selain ingin belajar dengan psikolog dan kopdar blogger, saya juga ingin mengantisipasi diri supaya bisa lebih paham dan mencintai diri sendiri. Apalagi saya juga pernah mengalami trauma berat dan saya adalah seorang penyitas depresi yang saya alami dua tahun lalu. Rasanya sekarang bisa bernafas lega bisa lepas dari belenggu itu, walau nggak mungkin 100% sembuh ya, kalau saya ingat masa itu, yang bisa saya lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri dan lebih bisa mengantisipasi saat berinteraksi dengan orang lain.

Menurut World Health Organization, Seseorang dikatakan berjiwa sehat jika kepribadiannya berkembang selaras dan seimbang, serta mencerminkan kedewasaan. Ada pula yang mendeskripsikannya bila kondisi fisik, emosional dan intelegensianya berkembang baik serta mampu berinteraksi selaras dengan lingkungan.

Sebaliknya, Seseorang bisa dikatakan mengidap gangguan jiwa jika mengalami kondisi, seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan afektif atau mood, sulit mengontrol keinginan, gangguan psikosis, gangguan pola makan, OCD, gangguan seksual dan gender, gangguan disosiatif, dan lainnya. Gangguan jiwa juga bisa terjadi karena gangguan di otak, seperti demensia, Alzheimer, serta gangguan tidur.

Nah, kebetulan yang dibahas pada #KEBIntimate adalah tentang gangguan kepribadian narsistik. Ini adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga selalu ingin dikagumi dan menjadi pusat perhatian. Orang dengan gangguan ini memiliki sifat egois dan kurang berempati terhadap perasaan orang lain di sekitarnya. Ijinkan saya membahas lebih lanjut sesuai dengan apa yang saya dapatkan dari acara #KEBIntimate Sabtu lalu, ya..

Apa itu Gangguan Kepribadian Narsistik?

Narcissistic personality disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik adalah salah satu jenis gangguan mental di mana pengidapnya menganggap dirinya lebih baik, lebih penting, lebih superior, haus akan pujian, merasa dirinya lebih benar daripada orang lain, dan nir-empati terhadap lingkungan sekitar. Sayangnya, orang dengan NPD yang ekstrem tidak menyadari jika terdapat gangguan mental pada dirinya.


Pengidap NPD cenderung memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Namun, di balik itu, ia juga menjadi lebih sensitif terhadap kritikan dari orang lain. Artinya, dia tidak mudah menerima bentuk kritik atau saran dari orang lain, dan orang tersebut benar-benar punya empati yang sangat rendah terhadap orang lain.

Yang perlu digarisbawahi, Narsistik berbeda dengan rasa kepercayaan diri loh ya, kalau rasa percaya diri yang positif terbentuk berdasarkan kualitas diri dan pencapaian seseorang. Sementara itu, narsistik kerap didasari oleh ketakutan apabila orang lain melihat kelemahannya dan rasa takut akan kegagalan. Oleh karena itu, pengidap narsistik juga rentan jatuh ke dalam depresi jika dikritik orang lain.

Penyebab Gangguan Kepribadian Narsistik

Sebenarnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan kepribadian yang satu ini. Namun, beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko narsistik adalah sebagai berikut:
  • Faktor neurobiologi, hubungan antara otak dengan perilaku dan pola pikir.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat narcissistic personality disorder (NPD).
  • Pola asuh orang tua yang tidak tepat, terlalu menuntut tinggi atau bahkan memanjakan anak secara berlebihan.
  • Terlalu banyak atau kurang menerima pujian selama masa kanak-kanak.
  • Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti penelantaran atau kekerasan.
  • Memiliki karakteristik dan sifat yang mudah emosi.

Mengenal Lebih Dekat dengan Kartika Soeminar, Seorang Survivor NPD Selama 23 Tahun

Hadir di tengah-tengah kami, seorang paruh baya berparas cantik dan ramah, Kartika Soeminar. Namun, Siapa sangka pengusaha asal Surabaya yang terlihat tangguh dan kuat tersebut ternyata pernah mengalami fase depresi kronis karena mendapat perlakuan abusive dari orang terdekatnya yang sangat over narsistik. Tidak sebentar, karena Kartika melewati masa menyakitkan sebagai korban NPD selama 23 tahun!
Berangkat dari pengalaman hidup dan caranya terlepas dari jerat seorang NPD, pengusaha berdomisili di Bali ini aktif menyuarakan pengalaman pahitnya tentang bagaimana pengalamannya berjuang dan bangkit dari orang yang narsistik, ini terangkum dalam sebuah kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken. Yang berfilosofi, boleh lah kita mengalami sakit dan pahitnya hidup, boleh lah kita broken, tapi kita harus bangkit dan nggak boleh terkungkung dalam kondisi tersebut, jangan sampai kita rusak dibuatnya.

Kartika bercerita, awalnya dia nggak sadar kalau suaminya itu pengidap NPD, dia selalu memberikan pemakluman-pemakluman atas apa yang dilakukan suaminya. Dia selalu memaafkan karena Kartika percaya suaminya mungkin lagi capek. Berbeda dengan saat mereka pacarana, Kartika selalu diberi love bombing olehnya, selalu dipuji dan diberikan apa yang Kartika mau.

Namun, tanpa disadari Kartika, setelah menikah perlahan-lahan sikap suaminya jadi gashlighting, yang dulunya selalu memberi kejutan atau hadiah, berubah perilaku malah sering memberikan kekerasan verbal, dan memanipulasi keadaan. Parahnya pengidap NPD tidak sadar dan malah melakukan playing victim.

Misalnya saat suaminya itu jobless, dia malah menyalahkan Kartika katanya karena Kartika dia jadi begitu, alih-alih ingin menyelesaikan masalah, tapi malah seolah kita yang menjadi penyebab masalah dan malah dikatain baper. Suaminya itu selalu menyalahkan orang di sekelilingnya, nir-empati, nggak pengen dibebani tanggung jawab dengan banyak alasan, bisa jadi dia juga akan memutar-balikkan fakta, nggak maunya menang sendiri.

23 tahun bukan waktu yang singkat, hidup berdampingan dengan penyidap NPD membuatnya sangat tersiksa dan bahkan turun berat badan drastic dan HB sampai rendah, anehnya setelah berobat ke dokter, tak ada diagnosa penyakit fisik. Begitu tersadar bahwa dia sebagai korban sudah terkena mental juga, dia ga ma uterus-terusan dan Kartika mulai sadar untuk melepaskan diri dari pasangannya yang NPD tersebut. Penderitaan belum berakhir, karena suainya ini malah melakukan Flying monkey dan Smear Campaign dengan menyebar gosip yang massive kepada teman-temannya dan seperti mencari pembelaan untuk dirinya sendiri. Di mana dia ingin banyak orang yang membela dia dan menuduh bahwa Kartika lah yang menjadi sumber masalah. Wajar saja Kartika sangat terpukul dan harus segera lepas dari kondisi neraka tersebut.

Lalu bagaimana tanggapan seorang psikolog? Kebtulan hadir juga di acara tersbut psikolog senior, Dra. Probowatie Tjondroegoro, M.Si , menjelaskan bahwa beberapa tanda pengidap gangguan ini, di mana sering kali NPD memuji dirinya secara berlebihan dan cenderung nir-empati terhadap lingkungan sekitar, beliau juga menjelaskan bisa jadi NPD berangkat dari pola asuh di masa kecil yang terlalu sering mendapat pujian.

Kepala Humas Rumah Sakit Santa Elizabeth Semarang ini menjelaskan, metode fundamental yang harus dibangun untuk mengadapi pengidap NPD adalah pendekatan humanis. Lingkungan perlu mendekati mereka dengan cara yang lebih initimasi dan santun (hubungan interpersonal). Misalnya saat dia mulai kurang empati dan terlalu meninggi, maka kita bisa alihkan pembicaraannya ke hal-hal lain yang lebih positif. Sebab otak manusia sesungguhnya tidak bisa menerima energi negatif.
Mengenali Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Narcissistic (NPD)
  • Perasaan grandiositas : Merasa diri sangat penting dan superior dibanding orang lain.
  • Keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik.
  • Eksploitasi inferpersonal.
  • Kebutuhan konstan akan pujian.
  • Kurangnya empati.
  • Iri terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain iri pada mereka.
  • Perilaku arogan dan sombong.

Cara Menghadapi Seseorang dengan NPD

NPD sangat berefek untuk lingkungan ya, sangat memengaruhi kenyamanan orang sekitarnya dan tidak sedikit korbannya mengalami stress. Apabila sulit melepas dari seorang pengidap NPD maka berikut tips yang disampaikan Dra. Probowatie Tiondroegoro, M.Si.

1. Menerapkan Batasan

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menerapkan batasan, dengan memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu dekat dengan pengidap NPD. Bersikap apatis alias cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi terhadap mereka merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental kita.

2. Afirmasi Positif

Berikan stimulus energi positif untuk diri sendiri setiap harinya. Ucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental seperti "saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua". Terdengar sederhana, tapi kalimat ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi kuat.

3. Journaling

Salah satu bentuk journaling yang bisa dicoba adalah terapi kertas. Caranya ambil secarik kertas yang tak terpakai, ambil spidol merah lalu tulis dan gambar atau tulis semua luapan isi hati dan emosi kamu terhadap orang NPD.

Selanjutnya robeklah kertas tersebut dan buang, atau bisa juga sobekannya ditaruh di toples dikumpulkan. Terapi ini dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal kita terhadap pengidap NPD.

4. Pendekatan Spiritual

Kita juga dapat meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental dan kesehatan jasmani dalam menghadapi orang NPD. Memohon supaya dapat membawa diri dalam segala kondisi selama berhadapan dengan pengidap NPD

5. Konsultasi dengan Ahli

Temui dan konsultasikan kesehatan mental sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa.

Di akhir sebelum acaranya berakhir, Dra. Probowatie Tiondroegoro, M. Si membagikan cara terapi lima jari;
  1. Sentuhlah ke empat jari dengan ibu jari tangan, lalu tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali.
  2. Menutup mata agar rileks.
  3. Dengan diiringi musik, menghipnosisi diri sendiri dengan arahan berikut ini:
  4. Satukan ujung ibu jari dengan jari telunjuk, ingat kembali saat kita sehat. kita bisa melakukan apa saja yang anda inginkan.
  5. Satukan ujung ibu jari dengan jari tengah, ingat kembali momen-momen indah ketika kita bersama dengan orang yang kita cintai (orang tua/suami/istri/ataupun seseorang yang dianggap penting).
  6. Satukan ujung ibu jari dengan jari manis, ingat kembali ketika kita mendapatkan penghargaan atas usaha keras yang telah kita lakukan.
  7. Satukan ujung ibu jari dengan jari kelingking, ingat kembali saat kita berada di suatu tempat terindah dan nyaman yang pernah kita kunjungi.
  8. Luangkan waktu kita untuk mengingat kembali saat indah dan menyenangkan itu.
  9. Tarik nafas dalam 2-3 kali
  10. Membuka mata secara perlahan.
Sebenarnya masih sangat luas ya pembahasan tentang NPD, di mana orang yang selalu ingin menjadi center of attention, tapi tak terasa kok sudah hampir 2000 kata, hehe. Kapan-kapan boleh disambung lagi, deh, ya!.

Oiya, yang penting kata psikolog, NPD tidak bisa sembuh, hanya saja ketika dia menyadari akan hal tersebut, gejala-gejalanya saja yang bisa dikurangi.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya, sampai jumpa di postingan berikutnya. Bila ingin ada diskusi, jangan sungkan-sungkan tulis pertanyaan di kolom komentar, ya!
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

20 comments

  1. Ngeri juga ya NPD kalo ada di keliling kita

    ReplyDelete
  2. Senang lihat Mbak Kartika sekarang kayaknya udah melepaskan beban dan lebih bahagia. Kudu ati-ati banget kalau udah ada indikasi NPD ya.

    ReplyDelete
  3. wah pasti berat banget ya mbak kartika harus hidup dengan pasangan yang memiliki NPD ini. alhamdulillah akhirnya mbak kartika bisa bebas dari pasangannya itu. berarti agak susah ya bagi seseorang untuk bisa mengetahui pasangannya ada npd atau bukan karena di awal-awal hubungan terlihatnya baik-baik saja

    ReplyDelete
  4. Memang jadi PR banget ini ya kalau punya pasangan yang NPD, tapi temanku saja ada sih yang modelan NPD gini mak. Dulu kita menganggapnya wajar sih, tapi lama kelamaan malas juga ya, akhirnya kita suka kasih tau pelan-pelan sih.

    ReplyDelete
  5. ga kebayang gimana tersiksanya hidup selama 23 tahun dengan pengidap npd. aku yg ngadepin tetangga model begini aja lumayan kesel. bersyukur mba kartika berhasil lepas dari suaminya yg toxic itu

    ReplyDelete
  6. jadi ya ada content creator kayaknya psikiater apa psikolog ya mba, yang juga bahas tentang NPD ini, ngasih tau gimana ciri-cirinya, dan iya pastinya yang mengalami akan merasa trauma, tapi aku salut sama mba kartika

    ReplyDelete
  7. Dari acara ini aku jadi tahu kalo NPD itu nggak bisa sembuh, meski udah terapi dan konsumsi obat. Salut banget dengan mba kartika yang punya daya juang untuk bangkit meski perjalanannya begitu panjang

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah ya bisa terlepas dan bangkit dari pasangan yg toxic karena mengidap NPD. Beruntung banget mak bisa ikut intimate begini dan dapet ilmu baru ya. Semoga kita selalu terjaga dari perilaku seperti itu ya

    ReplyDelete
  9. Dari kejadian yang dialami mbak Kartika kita bisa belajar banyak ya Noorma. Gak kebayang sih perjuangan beliau selama 23 tahun hidup dangean orang dengan NPD.
    Dari sini jug ajadi tau ciri-ciri orang NPD dan hal apa saj ayag perlu dilakukan kalau di sekitar ada yang mengalaminya

    ReplyDelete
  10. Semoga siapapun dengan posisi yang tidak menyenangkan seperti Mbak Kartika, bisa speak up ya. Akhirnya bisa mendapatkan kebebasan dan ketenangan hati karena bersama penderita NPD itu pasti sangat tertekan

    ReplyDelete
  11. Aku tertegun baca kisah ini. Omg, betapa sangat berjuangnya ya Kartika Soeminar
    Bisa hidup dengan orang NPD selama 23 tahun

    ReplyDelete
  12. Tentunya perjuangan yang luar biasa ya yang telah dilalui Kak Kartika dan jadi inspirasi buat kita dalam mengenal tipe orang NPD ini sehingga bisa lebih hati-hati

    ReplyDelete
  13. perjuangan luar biasa ya mak menghadapi ex suami yang mengidap NPD ini. baca cerita di sini aja aku berasa ikut gemes. apalagi yang jadi korban

    ReplyDelete
  14. Aku sebelomnya gak begitu tahu dengan NPD ini. Cuma baca sekilas aja dari postingan seorang temen yang baru aja cerai, dan konon pasangannya NPD. Nah saat ikut talkshow Mbak Kartika baru ngeuh deh tentang NPD ini. Ngeri ya efek NPD ini bagi orang-orang di sekitarnya, terutama pasangannya. Huhu... menyimak ciri-ciri dan gejala NPD, aku jadi keingetan sama adikku. Suaminya kayaknya NPD juga. :(

    ReplyDelete
  15. Aku sebelomnya gak begitu tahu dengan NPD ini. Cuma baca sekilas aja dari postingan seorang temen yang baru aja cerai, dan konon pasangannya NPD. Nah saat ikut talkshow Mbak Kartika baru ngeuh deh tentang NPD ini. Ngeri ya efek NPD ini bagi orang-orang di sekitarnya, terutama pasangannya. Huhu... menyimak ciri-ciri dan gejala NPD, aku jadi keingetan sama adikku. Suaminya kayaknya NPD juga. :(

    ReplyDelete
  16. hmmmm... akhir2 ini aku banyak baca2 dan nonton yang bahas npd, soalnya rasa2 ada di sircle , kayak gini gak bisa dilawan, yang bener jaga batasan...

    ReplyDelete
  17. Yang pasti, untuk kasus NPD ini tidak disarankan self diagnose yaaa.. soalnya tanda2 NPD tadi bisa saja ada pada setiap orang. Hanya saja ada kadarnya tersendiri, yang segimana itu yang bisa masuk dalam case NPD.

    ReplyDelete
  18. Faktor keluarga dan pola asuh teryata juga sangat berperan ya mba atau mempengaruhi seseorang sehingga bisa muncul NPD atau tidak. Semoga semakin banyak yang aware dengan ini

    ReplyDelete
  19. Bu Doseeen manglingiii.. mashaAllaa~
    Cancii syekaliii..

    Barakallahu fiik~
    Selalu ada fase berat yang harus dilewati dalam hidup yaa..
    Dan alhamdulillah, seminar KEB Intimate ini selalu menginspirasi dan membuat kita semua aware dengan isu mental health.

    ReplyDelete
  20. Sangat menanti ini ada di Surabaya
    Saya ingin langsung cari tahu soal NPD ini
    Kalau mendengar langsung akan beda
    Sebab intonasi kalimat biasanya membuat saya mendapatkan AHA Moment

    ReplyDelete

Post a Comment