Cara Mendidik Anak yang Baik dan Benar
Agar Anak Menjadi Anak yang Tanggap Lengkap
Assalamu’alaikum
sahabat semua, apa kabar?
Alhamdulillah
bulan Juni. Tahun ini usia saya nambah 1 angka, artinya jatah umur saya di
dunia berkurang 1 angka. Semoga saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Anak-anak saya menjadi anak yang sholihah kelak, bisa membanggakan
orangtua, Aamiin.
Flashback,
kemaren siang sambil tiduran di kasur, saya minta diceritain sama ibu saya
tentang saya waktu kecil dulu. Ibu saya pun mau bercerita walau akhirnya ibu
saya yang ketiduran, hehe. Saking ngantuknya mungkin ya jadi yang mendongeng
malah yang tidur duluan. :)
“Kamu dulu waktu usia setahun udah bisa jalan dan berlari. Sukanya
megang petai ke mana-mana. Duduk di atas radio besar sambil joget-joget kalau
ada lagu dangdut.” Ibu saya
memulai ceritanya antusias.
“Kamu juga anak yang genit. Sukanya pakai baju pesta pinta dipoto-poto sambil bawa petai,” lanjut ibu dan saya ketawa.
Kemudian Ibu
juga bercerita kalau dulu ibu punya buku untuk catatan pribadi yang isinya
adalah tahap perkembangan anak dan tumbuh kembang anak. Namun kemudian Ibu
melanjutkan bahwa saya adalah anak yang beruntung karena anak pertama, Ibu
rajin mencatat setiap perkembangan dan celotehan saya. Karena tidak untuk
adik-adik saya. hehe.
mereka kedua orangtua ku :) |
Ibu saya
seorang ibu rumah tangga waktu saya masih kecil hingga saya balita. Kemudian
ngabdi menjadi guru honorer di salah satu sekolah dasar di sini, hingga
akhirnya diangkat menjadi ASN tahun 2006 silam. Saya adalah anak pertama,
mempunyai dua adik kandung yang kini sudah dewasa semua.
Dulu, saya
diajarin Ibu saya berbicara dengan bahasa kromo alus. Alasannya karena saya
orang Jawa. Beliau juga mengajarkan saya tentang cara bersopan santun. Menyapa
dan bersalaman saat bertemu dengan orang lain, memberi salam bila masuk rumah,
berdoa bila hendak melakukan aktifitas, dan masih banyak lagi. Tidak hanya
menyuruh saja, Ibu saya memberikan contoh kepada anak-anaknya. Contoh yang
baik. Karena Ibu adalah madrasah pertama seorang anak.
Selain Ibu,
bapak saya juga sama. Namun, didikan bapak saya agak keras. Tapi saya tidak
bisa bilang kalau bapak saya galak.
Bapak marah kalau saya malas sholat dan ngaji. Tapi kalau saya nurut yaa bapak
saya penyayang banget orangnya. Katanya yang penting anak itu sholih, pendidikan karakter yang ditanamkan
bisa melekat hingga akhit hayat. Mendidik anak, kata Bapak bukan cepet-cepetan
anak belajar membaca dan bisa
calistung. Tapi mendidik supaya anak punya rasa tanggung jawab dan bisa
mengendalikan emosinya.
Saat ini
saya mempunyai anak sendiri. Mendidik anak itu bukan perkara
yang mudah, dan tidak bisa juga saya katakan sulit. Setidaknya saya ingin
meniru cara orangtua saya mendidik saya. Tentu saja
dengan mencontoh yang baik-baiknya saja dan tidak meniru
yang menurut saya buruk.
Cara Mendidik Anak yang Baik dan Benar
Mempunyai anak sudah menjadi keinginan setiap pasangan. Namun, mendidik
anak kemudian menjadi tantangan setiap orangtua. Saya ingat sekali ucapan Bunda
Lahfy, seorang Ibu rumah tangga beranak lima. Dia bilang “Anak itu rezeki,
sekaligus ujian bagi orangtua”. Memang benar, rezeki besar yang diberikan Allah
adalah hadirnya anak di kehidupan setiap keluarga, karena tujuan hidup rumah
tangga salah satunya adalah mempunyai keturunan. Si anak juga menjadi ujian
untuk ibu bapaknya karena justru orangtua akan banyak belajar saat mendidik
anak-anaknya. Anak yang nakal adalah ujian, bahkan anak yang sholihpun ujian.
Seorang Psikolog, Diana Baumrind, mengatakan, setidaknya ada tuga gaya pola
asuh orangtua terhadap anaknya, yaitu Otoriter, Demokratis, dan Serba
Membolehkan.
Otoriter
Otoriter adalah gaya yang sangat ketat. Setiap aturan yang dibuat orangtua harus
diikuti oleh anaknya. Jika tidak mengikuti aturan, anak-anak biasanya akan
mendapat hukuman. Kekurangannya, si anak tidak mendapatkan haknya untuk
berpendapat.
Demokratis
Berbeda dengan otoriter, gaya pengasuhan demokratis lebih terbuka, mau mendengarkan
perkataan anak dan memahami kebutuhan mereka. Jika melanggar aturan, anak-anak
akan ditegur dengan cara halus dan tidak menggunakan kekerasan. Sebagian
orang berpendapat bahwa pola asuh ini dianggap
sebagai gaya pengasuhan paling ideal dan paling umum dilakukan.
Serba membolehkan
Pola terakhir adalah pola asuh serba
membolehkan. Apa saja yang diminta anak, orangtua memberikan dan membolehkan. Anak-anak
yang dibesarkan dalam gaya permisif biasanya akan cenderung manja dan
mengganggu. Begitupun si anak juga akan cenderung berperilaku buruk jika tidak
mendapatkan apa yang diinginkan. Ini karena orang tua dengan tipe seperti ini
tidak menetapkan batasan atau peraturan. Akibatnya, si anak tidak patuh ketika
mendapati peraturan dan biasanya anak melanggar aturan yang diberikan orangtua.
Itulah tiga gaya pola asuh orangtua terhadap
anaknya. Kalau saya lebih demokratis saat mendidik anak saya. seperti saat dia
ingin sekolah, saya mendatangi beberapa sekolahan yang menurut saya bagus,
kemudian anak saya memilih sendiri. Alhamdulillah sekolahan pilihan anak saya
sesuai dengan apa yang saya inginkan. Di mana anak dididik untuk menjadi
generasi Qurani.
Begitupun dalam keseharian, saya terus belajar
menjadi orangtua yang baik yang selalu memberi contoh baik di depan anak saya.
memberi contoh yang baik adalah salah satu stimulasi yang dilakukan orangtua.
Biasanya, saya memberi contoh dalam dongeng. Ketika anak saya bertanya kenapa
teman dia nakal, kemudian saya menjawab dengan bahasa yang mudah dipahami dan
kemudian saya memberikan contoh dalam dongeng. Kadang-kadang dongengnya spontan
saja. Yang penting nyambung dan dapat diambil pelajaran dari dongeng tersebut.
Bagaimana tanggapan anak saya? Sejauh ini, saya
selalu memantau perkembangan anak saya ketika di sekolahan. Ustadzahnya selalu
bilang kalau anak saya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Ketika ada temannya
tidak sholih, anak saya bisa mengingatkan dan memberi contoh yang baik. Selain
itu, anak saya juga suka menolong dan mau berbagi dengan temannya, baik berbagi
mainan, maupun berbagi makanan. Pernah juga ustadzahnya bercerita ketika anak
saya diberi permainan games di sekolah. Anak saya bisa menyelesaikan dengan
baik. Intinya apa yang saya harapkan untuk mempunyai anak yang cepat tanggap
sepertinya bisa dapatkan. Semua itu bisa sukses karena adanya dukungan dari
luar dan dari dalam. Saat dari luar sudah sukses, dukungan atau stimulasi dari
dalam juga sangat diperlukan.
Pemberian nutrisi otak yang tepat adalah salah satu stimulasi dari
dalam. Saya percayakan Bebelac baru karena di dalamnya terdapat
kandungan nutrisi yang lengkap yang dibutuhkan anak saya. Bebelac baru
memiliki nutrisi yang dapat mendukung buah hati untuk tumbuh hebat dengan
tanggap yang lengkap. Bebelac baru merupakan inovasi dari bebelac sebelumnya, di
mana mengandung minyak ikan dan omega 6 yang ditingkatkan. Omega 3 dan 6 penting sebagai nutrisi otak.
Di Bebelac baru juga terdapat FOS:GOS 1:9 yang dipatenkan,
serta 13 vitamin dan 9 mineral. Semua nutrisi tersebut sangat dibutuhkan si
kecil untuk mendukung perkembangannya. Si kecil akan berkembang sesuai dengan
tahapannya, tanggap lengkap merupakan tujuan dari apa yang selama ini orangtua
harapkan, dukung anak menjadi anak yang hebat dengan pola asuh yang baik dan
benar. Yaitu anak yang tumbuh dan memiliki tanggap lengkap; anak yang memiliki
kecerdasan cepat tanggap, rasa peduli, dan tanggap bersosialisasi.
Dear
sahabat, buka saja website Bebelac bila kamu ingin tahu lebih banyak tentang membentuk anak hebat dengan tanggap yang lengkap serta informasi berkaitan
dengan Bebelac. Di sana juga terdapat
beberapa artikel tentang kehamilan dan parenting yang bisa kamu baca di sana.
Post a Comment
Post a Comment