Sejak sebelum menikah, calon suamiku (saat itu) adalah seorang penjaga masjid, profesi yang biasa dikenal dengan sebutan takmir masjid. Terhitung sejak tahun 2001, dia tinggal di sini. Masjid Al Ikhlas perumahan Bhakti Persada Indah Ngaliyan Semarang. Dulu, dia tinggal bersama kakak kandungnya yang mana sama-sama menjadi takmir.
Seorang takmir masjid itu ngapain aja sih? Mungkin ada yang belum mengetahui detil tentang takmir. Umumnya, seorang penjaga masjid itu yaa menjaga masjid, membersihkan mulai dari menyapu, mengepel, nyedot karpet, bersihin sawang, ngurusin urusan masjid yang lain seperti menghubungi khotib untuk sholat jumat, membuat undangan rapat takmir, dan masih banyak lagi.
Saya kenal calon suami (saat itu) tahun 2006 di salah satu acara PMII di Kendal. Hanya kenal saja karena saat itu saya menjadi peserta, sedangkan dia adalah seorang pemateri untuk acara tersebut. Awal tahu istilah takmir masjid setelah saya di Semarang. Kebetulan saya bertemu dengan jodoh seorang takmir. Hihihi.
Singkatnya, sampai kami dijodohkan dan menikah, suami tetap disuruh ngurus masjid dan tinggal di sini. 2011 kami menikah dan saya diboyong ke masjid. Memang, saya sudah lama tinggal di Semarang sejak saya pertama S1 tetapi kan di Kosan, bukan di masjid. Apa yang saya rasakan saat itu? Ada sedikit rasa kurang nyaman, sih. Tetapi ada senengnya juga. Rasa damai tinggal di area masjid karena setiap lima waktu bisa dengar adzan dan sholat berjamaah. Nggak enaknya, serba rasa nggak enak bila ingin menambah fasilitas rumah seperti kulkas, mesin cuci, bahkan waktu mau beli magic com saja saya pekiwuh.
Pernah kami berdua menjadi kontraktor selama dua tahun saat masjid Al Ikhlas direhab total tahun 2012 lalu. Saat itu saya sedang mengandung Noofa usia lima bulan. Sampai lahirnya Noofa dan Noofa usia hampir dua tahun. Kontrakan kami berdua habis, dan Alhamdulillah saat kami mau cari kontrakan lain, kami disuruh tinggal di masjid ini lagi. Suami saya masih dipercaya untuk mengurusi urusan masjid sampai sekarang. Tetapi yang namanya tinggal numpang, tetap saja perasaan pekiweuh kembali datang menghantui. Wajar duonk, ya. Tetapi karena sudah tiga semester ini saya dan Noofa tinggal di Pekalongan karena saya ngajar di STAIN Pekalongan, jadilah rasa nggak enak itu bisa sedikit ditepis, pasalnya suami tinggal sendirian saja di kamar di bawah masjid.
Bawah Masjid? Ya! Kami Tinggal di Area Masjid. Sudah tiga tahun berjalan renovasi masjid ini, tetapi belum juga selesai. Namanya rehab total butuh biaya yang besar. dan sekarang suami tinggal di kamar bawah masjid, di bawah ini maksudnya di samping bawah terdapat beberapa lokal yang rencananya akan dijadikan TPQ dan kantor. Sementara, karena kamar-kamar ini dirampungkan setelah masjid selesai, jadi kami tinggal di sini dengan kondisi bangunan 80%. Tembok sudah dilepo tetapi belum dineci. Lantai juga masih berupa mester semen kasar. Tapi, bersyukur tempat berukuran sekitar lima kali tujuh meter ini bisa melindungi kami dari panas dan hujan. Ada satu kamar panjang dua kali lima meter untuk tempat tidur. Dan satu ruangan lagi lumayan luas yang dijadikan ruang keluarga sekaligus dapur dan ruang tamu, hmm.. ruang serba guna lah ya.
Jangan kaget kalau sahabat blogger main ke sini, karena begitu ada kalian masuk langsung ngelihat kompor. hihihi.. Yaa begitulah tempat tinggal kami di Semarang. Tetapi saya sama sekali tidak malu tinggal di sini, bahkan saya sering banget ngajak teman main ke sini, begitu pun suami, sering banget ngajak teman-temannya ke ruang sempit ini. Malahan, meskipun sempit dan kecil, di sini sering dijadikan tempat kumpulnya anak-anak IMPARA lho. Itu lho, Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Blora. hihihi.
Bagaimana, kalian mau mampir? Silakan... ^___^
Seorang takmir masjid itu ngapain aja sih? Mungkin ada yang belum mengetahui detil tentang takmir. Umumnya, seorang penjaga masjid itu yaa menjaga masjid, membersihkan mulai dari menyapu, mengepel, nyedot karpet, bersihin sawang, ngurusin urusan masjid yang lain seperti menghubungi khotib untuk sholat jumat, membuat undangan rapat takmir, dan masih banyak lagi.
Saya kenal calon suami (saat itu) tahun 2006 di salah satu acara PMII di Kendal. Hanya kenal saja karena saat itu saya menjadi peserta, sedangkan dia adalah seorang pemateri untuk acara tersebut. Awal tahu istilah takmir masjid setelah saya di Semarang. Kebetulan saya bertemu dengan jodoh seorang takmir. Hihihi.
Singkatnya, sampai kami dijodohkan dan menikah, suami tetap disuruh ngurus masjid dan tinggal di sini. 2011 kami menikah dan saya diboyong ke masjid. Memang, saya sudah lama tinggal di Semarang sejak saya pertama S1 tetapi kan di Kosan, bukan di masjid. Apa yang saya rasakan saat itu? Ada sedikit rasa kurang nyaman, sih. Tetapi ada senengnya juga. Rasa damai tinggal di area masjid karena setiap lima waktu bisa dengar adzan dan sholat berjamaah. Nggak enaknya, serba rasa nggak enak bila ingin menambah fasilitas rumah seperti kulkas, mesin cuci, bahkan waktu mau beli magic com saja saya pekiwuh.
Pernah kami berdua menjadi kontraktor selama dua tahun saat masjid Al Ikhlas direhab total tahun 2012 lalu. Saat itu saya sedang mengandung Noofa usia lima bulan. Sampai lahirnya Noofa dan Noofa usia hampir dua tahun. Kontrakan kami berdua habis, dan Alhamdulillah saat kami mau cari kontrakan lain, kami disuruh tinggal di masjid ini lagi. Suami saya masih dipercaya untuk mengurusi urusan masjid sampai sekarang. Tetapi yang namanya tinggal numpang, tetap saja perasaan pekiweuh kembali datang menghantui. Wajar duonk, ya. Tetapi karena sudah tiga semester ini saya dan Noofa tinggal di Pekalongan karena saya ngajar di STAIN Pekalongan, jadilah rasa nggak enak itu bisa sedikit ditepis, pasalnya suami tinggal sendirian saja di kamar di bawah masjid.
depannya begini, nih... |
Bawah Masjid? Ya! Kami Tinggal di Area Masjid. Sudah tiga tahun berjalan renovasi masjid ini, tetapi belum juga selesai. Namanya rehab total butuh biaya yang besar. dan sekarang suami tinggal di kamar bawah masjid, di bawah ini maksudnya di samping bawah terdapat beberapa lokal yang rencananya akan dijadikan TPQ dan kantor. Sementara, karena kamar-kamar ini dirampungkan setelah masjid selesai, jadi kami tinggal di sini dengan kondisi bangunan 80%. Tembok sudah dilepo tetapi belum dineci. Lantai juga masih berupa mester semen kasar. Tapi, bersyukur tempat berukuran sekitar lima kali tujuh meter ini bisa melindungi kami dari panas dan hujan. Ada satu kamar panjang dua kali lima meter untuk tempat tidur. Dan satu ruangan lagi lumayan luas yang dijadikan ruang keluarga sekaligus dapur dan ruang tamu, hmm.. ruang serba guna lah ya.
Jangan kaget kalau sahabat blogger main ke sini, karena begitu ada kalian masuk langsung ngelihat kompor. hihihi.. Yaa begitulah tempat tinggal kami di Semarang. Tetapi saya sama sekali tidak malu tinggal di sini, bahkan saya sering banget ngajak teman main ke sini, begitu pun suami, sering banget ngajak teman-temannya ke ruang sempit ini. Malahan, meskipun sempit dan kecil, di sini sering dijadikan tempat kumpulnya anak-anak IMPARA lho. Itu lho, Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Blora. hihihi.
Bagaimana, kalian mau mampir? Silakan... ^___^
Post a Comment
Post a Comment