header cah kesesi ayu tea

Bangga Pakai Batik di Bincang Budaya Pekalongan

Assalamu'alaikum,

Sepekan lalu mas Trias, salah satu peserta Komunitas Blogger Pekalongan mengirim flyer ke grup wa KBP. Saya download kemudian membaca dengan seksama isi dalam flyer tersebut. Pas lihat foto mak Mira Sahid (makpon KEB) saya nggak mikir panjang dan nggak babibubebo lagi saya langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti acara yang diadakan di hotel Santika Pekalongan.


Bincang Budaya dalam rangka menyambut hari Batik Nasional dengan tema Pesona Batik Peranakan Wujud Akulturasi Budaya adalah acara yang tertulis dalam flyer tersebut. Merarik sekali bukan, secara saya sendiri masih penasaran dengan apa itu batik peranakan. Minimnya info yang saya ketahui mengenai batik peranakan membuat saya mantap semangat ikut acara yang diadakan oleh Kominfo dan Pemerintah Kota Pekalongan. Gayung pun bersambut, nggak lama setelah saya mendaftar via google doc yang dishare di grup, saya langsung masuk di grup wa Bincang Budaya Pekalongan. Wow nampaknya panitia sigap sekali. Saya lega dong ya, berarti saya resmi terdaftar sebagai peserta. Karena nggak mau sendirian, saya ngompori teman-teman lain untuk ikut serta juga. Alhamdulillah banyak juga yang antusias mengikuti. Bahkan, menurut  panitia peserta yang mendaftar sampai angka di atas 250 pendaftar padahal kuota hanya 150 peserta saja.

Tiba hari H, saya motoran dari Kesesi ke Pekalongan jam 6 pagi karena acara harus dimulai jam 7. Namun, lagi-lagi dikecewakan dengan jam karetnya Indonesia yang bilangnya jam 7 tapi sampai jam 8 lebih belum mulai. But, its okay, malah jadinya saya ada waktu buat untuk foto-foto dulu mumpung masih fresh! Hahaha. Beruntung juga mak Mira masuk ruangan dan kita bisa selfie sebelum acara mulai. Duu duu duu.. kangen banget sama mak Mira yang menjadi salah satu inspirator.


Jam menunjukkan waktu jam 8.15 wib. Acara pun dimulai oleh pembawa acara. Dilanjut dengan sambutan dari Ibu Niken Widiastuti selaku Dirjen Komingo Jakarta. Ibu Niken mengungkapkan kebahagiaannya bisa bertandang ke Pekalongan dan bisa bertemu dengan peserta bincang budaya yang ternyata kebanyakan adalah mahasiswa Pekalongan di mana semangat mudanya masih tinggi. Dan Ibu Niken juga mengungkapkan ingin membuat gerakan membatik sejak dini. Hal ini untuk dijadikan solusi nguri-nguri budaya membatik. Para senior tentu terbatas usianya, kalau bukan yang muda-muda yang meneruskan, siapa lagi? Di akhir sambutannya, bu Niken mengutarakan ingin menbuat lomba membatik. Tapi.. ternyata waktu membatik tidaklah cepat. Akhirnya, kita semua hendaklah memikirkan, kira-kira konsep apa yang bisa dilakukan untuk tetap nguri-nguri budaya batik ini?


Sambutan kedua oleh bapak Saelani selaku Walikota Pekalongan. Dalam sambutannya bapak Walkot memberikan sedikit ulasan tentang batik peranakan. Sedikit rangkuman yang bisa saya tulis dari batik peranakan adalah batik yang dibuat oleh keturunan etnis pendatang yang menetap di Jawa, dalam ini Pekalongan menjadi salah satu daerah yang menjadi salah satu tempat batik Peranakan itu lahir.

Etnis yang ada di Pekalongan sendiri terkenal ada tiga etnis, yaitu Arab, Jawa, dan Tionghoa (ArJaTi). Sebenarnya ada juga etnis lain dari benua eropa seperti Belanda yang ikut membaur di Pekalongan. Mereka memakai batik sebagai pakaian keseharian mereka dan mereka juga membatik juga.  Dalam akhir sambutannya pak Walikota Pekalongan menyebutkan BATIK PERANAKAN merupakan implementasi dari Keberagaman dan Kebersamaan antara kita, berbagai etnis yang bersatu, Etnis Tionghoa membuat obat untuk membatik, Arab menyediakan kain morinya, dan orang Jawa sendiri yang membatik. Betapa kebersamaan menciptakan harmoni yang indah dalam motif-motif batik.

Ada banyak sekali motif batik di Pekalongan. Batik Tiga Negeri yang paling terkenal, batik Buketan, batik Jlamprang, batik Lunglungan, dan  batik Rifaiyyah juga terkenal di Batang seperti yang saya gunakan saat saya hadir di acara Bincang Budaya hari ini. Saya bangga menggunakan batik, saya bangga lahir di Pekalongan, di mana kita semua tahu kini Pekalongan diakui oleh Unesco sebagai Kota Kreatif Dunia. Label ini tersemat sejak tahun 2014. Ini artinya, saya sebagai penerusnya bertugas untuk mempertahankan budaya yang sudah diperjuangkan oleh pendahulu. Kalau bukan kita, siapa lagi?


FALLINGSTARCHALLENGE

Mari kita bersatu padu, membudayakan batik sebagai satu kreatifitas tanpa batas. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa tetap membudayakan batik ini? Hal kecil dari kita seperti tetap memakai batik asli. Membuat kreatifitas lain dari bahan batik. Oiya, saya hampir lupa. Batik Asli di sini adalah batik tulis dan batik cap. Jaman now sudah banyak batik printing, itu sebenarnya bukan batik ya gaes, itu hanya kain mori yang diprint motif menyerupai motif batik. Kalau kamu pengen tahu batik asli, kamu bisa datang ke Kampung Batik di Pesindon dan Kauman. Atau kalo mau belajar membatik, kamu bisa ke Museum Batik.
*******

Pemateri Bincang Budaya ada tiga. Pertama, Bapak Prof Mahendra yang mengisi materi tentang batik dalam hal komersialnya. Sayangnya, saya masih belum mendapatkan inti dari materi yang pak Mahendra. Tapi saya jadi tahu batik Solo. Pemateri kedua adalah Bapak Sudarsono yang membahas tentang budaya batik. Intisari dari materi yang disampaikan pak Sudarsono adalah Manusia untuk Kemanusiaan. Di sini dimaksudkan, batik dibuat oleh manusia dan dijadikan untuk kemanusiaan, pengaplikasiannya adalah kesopaan, fashion, unggah-ungguh. Bisa batik dijadikan oleh-oleh khas Pekalongan. Pernak-pernik, seperti asesoris, tas, furniture, dan lain sebagainya.



Pemateri ketiga adalah mak Mira Sahid. Mak Mira membahas tentang konten kreatif. Seperti biasa karena background mak Mira Sahid adalah blogger, maka mak Mir sharing tentang bagaimana kita bijak menulis konten di sosial media. Mak Mira juga mengungkapkan agar kita berhati-hati dalam bersosial media, jangan menyebarkan hate speech, hoax, dan yang paling penting adalah bijak dalam bersosmed. Di akhir materi, mak Mira mengungkapkan kalimat ampuh yang sudah saya kenal sejak 2012 lalu, MENULISLAH... MAKA KAMU AKAN TAHU SIAPA DIRIMU. dan JANGAN LUPA BAHAGIA HARI INI.

Alhamdulillah, acara dilanjutkan dengan flash blogging. Tulisan ini dibuat guna diikutsertakan dalam flashblogging. Doain ya semoga mendapatkan apresiasi. Meskipun dikasih waktu hanya satu jam sepuluh menit.

Terima kasih Kominfo, terima kasih Pekalongan. Saya Bangga Pakai Batik di Bincang Budaya Pekalongan. Semoga bisa berjumpa lagi di lain waktu.
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment