header cah kesesi ayu tea

Ambil Rumah KPR, Ini Perasaan Saya!

Bismillah,

Mumpung senggang, pagi ini tiba-tiba kepengen nulis postingan langsung dari dasboard blogspot. Nyalain leptop yang Alhamdulillah bersahabat dengan saya hari ini, tombol F dipencet keluar F, tombol D pun ketika dipencet keluar D. Tidak seperti biasanya, yang dipencet huruf F, yang keluar huruf lain. Membuat saya jadi enggan lama-lama lihat leptop nyala. Mau diservis belum ada anggarannya karena seluruh tabungan kini terkuras habis untuk beli perumahan.

Jadi sedikit pengen curhat suka-suka di blog ini. Lama juga enggak curhat, padahal kalau ada masalah dan hati gundah biasanya lega dan sedikit reda ketika saya tulis. Entah di blog maupun di buku, entah dipublish, maupun hanya sebagai draft.

Bulan Desember 2017. Saya dan suami memutuskan membayar booking fee untuk 1 unit rumah di Perumahan Gumiwang Gejlik Kajen. Rp. 1.500.000 untuk booking Fee. Setelah booking Fee, bukti keseriusan kami ingin mempunyai rumah adalah dengan mengumpulkan berkas-berkas pengajuan kredit KPR melalui Bank BTN Syariah. Saat sedang mengumpulkan berkas, sungguh.. hati saya antara iya dan tidak, bukan keraguan yang gimana-gimana sih, hanya saja.. tiba-tiba seorang teman di Facebook inbok saya, menasehati saya buanyaaakk sekali, soal halal-haramnya kredit rumah, katanya RIBA. dan dia dengan baiknya menasehati saya. Saya tidak pernah kenal dengan dia sebelumnya, saya pun belum pernah bertemu dengan dia sama sekali, hanya melalui facebook saja. Bagaimana pun terima kasih sekali ya Mbak, sudah sangat perhatian dengan saya. Oiya, saya ingat selain nasehat, dia juga bercerita kalau dia sudah 15 tahun lebih mengontrak rumah di Jakarta. karena dia belum punya cukup uang untuk membeli rumah secara CASH. dan dia bertahan dengan keadaan seperti itu belasan tahun karena dia nggak pengen berurusan dengan kredit bank atau RIBA. 

Saya sangat bersyukur bisa mendapat pelajaran berharga karena nasehat yang to the point itu. Mungkin, saya mohon maaf karena saya tidak mendengarkan nasihat mbaknya. Saya tetap mengurus berkas dan akhirnya wawancara dengan bank BTN Syariah untuk membeli rumah dengan cara kredit. Mungkin ini lah cara saya untuk bisa mempunyai rumah sendiri. Seperti apa yang sudah menjadi resolusi saya dua tahun lalu. Namun, baru tahun ini saya beranikan diri untuk ambil KPR. Karena, saya merasa anak-anak saya sudah mulai tumbuh besar, saya berkeluarga sudah 7 tahun. Masa iya mau merepotkan orangtua terus. Walaupun kedua orangtua saya sama sekali tidak pernah merasa direpotkan, mereka berdua baik sekali dengan saya. Alhamdulillah punya orangtua yang bisa support saya selama ini.

Saya ingat betul wawancara saya dengan Bank BTN Syariah tanggal 15 Januari 2018 lalu. Beruntungnya saya karena tidak ada masalah sebelumnya dengan perbankan, tanggal 22 Januari 2018 saya dapat sms kalau pengajuan kredit KPR saya diACC oleh bank. Saya bahagia, seenang, tapi sedih. haha. Karena saat itu saya tidak punya uang untuk membayar DP yang jumlahnya 7 juta dan kelebihan tanah serta hook 7.5 juta. Total yang harus saya bayarkan sebesar 14,5 juta. Belum lagi uang notaris dan pajak bangunan sebesar 7 juta. Total seluruhnya saya harus membayar 21.5 juta. Sedangkan saat itu, SK suami belum juga jelas. dan Nasib.. suami juga tidak mendapat gajian. Jadi selama Desember sampai Maret, mengandalkan sisa-sisa tabungan. Bahkan, tabungan dan celengan Noofa juga dibobol demi untuk berlangsungnya hidup kami. 


Beruntung, kakak Ipar saya yang baiiiikk sekali orangnya membantu saya dengan memberikan uang pinjaman 12 juta. Itu artinya separonya sudah dibantu. dan saya mencari kekurangannya itu sendiri. Tabungan di semua rekening saya ambil. Emas kalung dan liontin yang dulu sebagai Emas Kawin (mahar) pernikahan saya dengan suami, saya jual. Saya juga bersyukur di saat seperti ini ada juga teman yang mau membantu meringankan. Dengan akad bergantian nantinya. Saya malah nggak berani 'nembung' dengan keluarga dekat, entah kenapa malah dengan keluarga terasa jauh, ya? hehe.. Mungkin hanya perasaan saya saja. 


A post shared by Noorma Fitriana M. Zain (@noormafmz) on


Tanggal 1 Februari, hari Kamis. Saya modal 100rb rupiah untuk bikin selamatan kecil, peletakan batu pertama di Perumahan, ALhamdulillah saya ambil perumahan yang developernya fleksible, saya bebas memilih hari baik untuk pondasi pertama. Hehe. Maklum, orang Jawa masih sangat dekat dengan budaya primbon tersebut. 

Dua minggu tepat, munggah molo. Hingga pembangunan dinyatakan selesai tanggal 19 Maret lalu. Kemudian dilanjut dengan prosesi akad kredit dengan Bank BTN Syariah tanggal 26 Maret. Sejak hari itu, saya resmi menjadi orang yang berhutang dan membayar kredit dengan Bank BTN Syariah selama 15 tahun (180 bulan). Motivasi saya adalah, saya harus bekerja lebih keras lagi supaya bisa membantu ekonomi suami. Gajian suami nantinya hanya cukup untuk angsuran rumah dan biaya sekolah Noofa saja. Selebihnya dari mana kalau bukan dari kami berdua. Saya dan suami harus kompak mencari rezeki tambahan dari luar gaji suami. Bagaimana pun, apapun, semoga Allah membantu. 

Ingat nasihat teman facebook itu, saya jadi baper. Saya sampai  nangis dalam sujud, meminta maaf kepada Allah atas apa yang saya lakukan. Saya menangis sejadi-jadinya meminta maaf dan memohon ampun apabila kredit ini dikatakan riba. Tapi saya punya keyakinan, apa yang saya lakukan ini ada di dalam ilmu fiqihnya. Di mana jelas akadnya. Bank BTN Syariah membeli rumah saya ke developer, dan saya mengansurnya ke Bank BTN. Ahhhh, apapun itu, yang saya tahu hal seperti ini syah dihukumi jual beli, Mohon maaf apabila saya salah, ilmu saya memang dangkal. Tapi (lagi-lagi) saya baper, tolong jangan hakimi saya, karena saya butuh semangat dan support. 

Bulan April ini, adalah bukan pertama angsuran saya. Saya hanya berdoa sembari selalu bersholawat kepada kanjeng Nabi, semoga 5 tahun ke depan, saya punya cukup uang untuk melunasi rumah saya ini. Amiin.

Ambil rumah atau mempunyai rumah sendiri, meskipun kecil. Saya sangat mensyukuri.  Saya sangat bahagia walau kredit, saya sangat bahagia walau sempit. Tidak apa-apa rumah seluas 82 m2 ini semoga menjadi ladang surga, di mana saya menjalani hari-hari dengan keluarga kecil saya di sini. Sholat berjamaah, ngaji, dan makan bersama-sama. Sayangnya, memang saat ini saya masih LDM dengan suami saya, entah sampai kapan....

Ya Allah.. Ampunilah dosa hamba.. saya ingin apa yang saya jalani ini mendapatkan ridho-Mu, ya Allah.. berikan limpahan rezeki yang halal supaya saya bisa membayar kredit rumah setiap bulannya selama 15 tahun. Tapi ya Allah, jangan biarkan saya mengangsur sampai 15 tahun ya Allah.. berilah rezeki kepada hamba supaya bisa melunasinya dalam waktu 5 tahun maksimal. Aaamiinn..

Nominal 987.508 rupiah bagi keluarga hamba tidaklah sedikit, tapi tidak juga dikatakan mahal. Mampukan hampa membayar dan melunasinya ya Allah... 15 tahun.. Itu waktu yang sangat lama, kebayang 15 tahun lagi Noofa nanti sudah kuliah.. Nooha sudah SMA. Panjangkan umur kami semua ya Allah.. Jadikan kami keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah. Keluarga yang selalu bisa menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu. Amiin..

Banyak doa yang saya panjatkan kepada Allah, Tuhanku, Tuhan semesta Alam. Doa yang tidak pernah letih saya panjatkan, dalam hati, dalam lisan, dalam pikiran, dan dalam setiap alir darah di tubuh ini. Allah Maha melihat, Allah Maha Mendengar. Saya yakin, lancarnya prosesi kredit rumah ini juga atas ijin Allah. Terima kasih.. Rabbanaa aatinaa fiddunyaa khasanah wa fil akhirati khasanah wa qinaa 'adzaab annaar.
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment