header cah kesesi ayu tea

REVIEW buku “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Widi Astuti, dkk



Ketika pertama kali mendapatkan tawaran untuk menulis review sebuah buku tentang kisah-kisah inspiratif perempuan saya langsung mengatakan “oke”. Kata sepakat tersebut saya ucapkan karena yakin buku yang akan saya ulas dalam sebuah tulisan di blog tentu berisikan kisah-kisah yang betul-betul inspiratif dan akan membuat pembaca tergerak untuk meneladani setiap pesan moral yang disampaikan oleh penulis.

Buku “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Widi Astuti, dkk merupakan sebuah buku yang berisi tentang kisah-kisah inspiratif perempuan terutama yang sudah menyandang predikat seorang “ibu” dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Namun yang pasti para penulis dalam buku tersebut patut mendapatkan acungan jempol, karena tulisan yang mereka suguhkan benar-benar membuat saya benar-benar terharu dan kagum.


Melihat judul yang dipilih pada awalnya saya merasa bahwa isi tulisannya tentu berisikan kisah-kisah perempuan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan masakan dan sejenisnya. Tetapi anggapan saya 180% salah, ternyata isinya sangat-sangat luar biasa, karena disana disuguhkan kisah-kisah perjalanan hidup para penulis yang mengharu-biru, keteguhan, kesabaran, ketegaran dan juga kasih-sayang para orang tua terutama sosok ibu yang sangat luar biasa.

Pada tulisan pertama “Kehadiranmu Mengusir Duka Kami” yang saya baca sudah membuat saya berkaca-kaca, hal itu dikarenakan penulis bercerita tentang pengalaman hidup saat hamil dan melahirkan apalagi saat itu penulis mengalami musibah keguguran pada kehamilan pertama. Hal tersebut langsung mengingatkan saya pada saat saya sedang hamil dan melahirkan, betapa berat dan mulia sekali tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh seorang ibu. Dan saya sepakat bahwa anak yang dilahirkan ibu memang memang sebagai penyemangat hidup orang tuanya.

Sampai pada tulisan ke empat “Anakku Amanah-MU” air mata ini benar-benar tak bisa dibendung lagi. Membaca kisah perjuangan seorang ibu dalam merawat kedua anaknya yang sama-sama sakit hingga salah satunya di panggil oleh sang Kuasa membuat saya menangis sesenggukkan. Bukan hanya karena membaca perjalanan hidup seorang ibu dengan kedua orang anaknya yang sama-sama sakit, hal tersebut juga membuat saya teringat dan mengenang saat-saat saya dan suami harus merawat dan menjaga anak yang sedang di rawat di rumah sakit.

Membaca kisah-kisah selanjutnya dalam buku ini membuat saya semakin tersadar dan bersyukur diciptakan sebagai seorang perempuan, lebih-lebih diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi seorang ibu yang bisa merasakan bagaimana bahagianya menjalani masa-masa kehamilan, mengalami perjuangan diantara hidup dan mati saat melahirkan dan betapa bersemangatnya saat mendidik anak sebagai anugerah terindah dari Allah yang patut untuk kita jaga sebaik-baiknya.

Menjadi perempuan bukanlah suatu yang harus disesali, justru tercipta menjadi sosok perempuan patut untuk kita syukuri. Karena sosok perempuan terutama ibu adalah kunci utama keberhasilan seorang laki-laki dalam karier dan pekerjaannya, sosok paling penting dalam keberhasilan pendidikan dan penanaman akhlak bagi anak-anaknya, dan merupakan pilar utama dalam membangun keharmonisan kehidupan keluarga serta sebagai tiang penyangga kemajuan dan peradaban sebuah bangsa.

Sangat tepat kiranya jika Rasulullah SAW sampai memberikan predikat seorang ibu sebagai “madrasah pertama” bagi seorang anak, karena sosok ibulah orang pertama yang diberi kesempatan oleh Allah untuk mendidik anaknya sejak masih dalam kandungan. Kemuliaan seorang ibu juga tiga kali lebih mulia dibanding sosok laki-laki (ayah), hal itu dikarenaka perempuan dapat memainkan peranan yang sangat mulia baik itu sebagai istri, sebagai orang tua (pendidik), bahkan juga sebagai ibu rumah tangga. Oleh sebab itulah bagi setiap perempuan “banggalah!!!” menjadi seorang ibu, dan bagi laki-laki “hormatilah!!!” sosok seorang ibu.

Buku “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” karya Widi Astuti, dkk bukan hanya mengajak kepada pembaca untuk ikut menyelami kisah-kisah suka maupun duka yang dialami oleh para penulisnya. Lebih dari itu, buku tersebut mencoba dengan penuh ketulusan memberikan apresiasi, motivasi sekaligus pesan moral yang sangat dalam kepada segenap pembaca lebih khusus lagi kepada para ibu dan calon ibu sebagai sebuah inspirasi dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang perempuan dan seorang ibu.

Membaca buku “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” bukan hanya akan menemukan kisah-kisah inspiratif tentang sosok “ibu” tetapi kita juga akan menemukan sisi unik lain yang dimiliki oleh seorang ibu. Keunikan tersebut tak lain adalah “aktualisasi” dalam hal menulis. Meskipun kesibukan sebagai seorang ibu sangat padat, namun hal tersebut tidak membuat halangan untuk melahirkan sebuah karya berupa tulisan-tulisan inspiratif. Lahirnya buku ontologi “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” adalah bukti nyata betapa produktifnya ibu-ibu dalam menulis.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengaktulisasikan ide dan gagasan yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Oleh sebab itulah perjuangan seorang ibu tidak hanya bisa dinilai ketika ia menjadi seorang istri saat melayani suaminya, menjadi perawat dan pendidik bagi anak-anaknya, maupun menjadi ibu rumah tangga saat mengurusi semua keperluan rumah. Lebih dari itu, kesempatan berbagi pengalaman dan motivasi dengan media tulisan patut untuk diapresiasi.

Sekali lagi hadirnya buku “Secangkir Kopi dan Sepotong Roti” bukan hanya akan memberikan inspirasi kepada kaum perempuan Indonesia, buku tersebut juga wajib dibaca oleh ibu dan calon ibu sebagai rujukan untuk menjadi sosok perempuan (ibu) yang ideal bagi keluarga, agama, masyarakat, bangsa dan negara. Bagi laki-laki buku tersebut wajib dibaca agar lebih menghargai perempuan. Selamat membaca!.
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment