header cah kesesi ayu tea

Kiloid dan Penanganannya



Sembuh dari sakit itu adalah nikmat yang luar biasa. Aku adalah seorang wanita yang mempunyai banyak riwayat penyakit. Sering sekali masuk rumah sakit untuk berobat atau bahkan opname. Aku pernah ditangani oleh banyak dokter, dari mulai dokter bedah, dokter specialis penyakit dalam, dokter syaraf, dokter gigi, dokter kulit, dokter kandungan, dan dokter spesialis jiwa. Okey, dari sekian banyak pengalamanku tentang penyakit yang sembuh setelah berobat ke dokter. Aku akan bercerita tentang sembuhku dari penyakit Kiloid. Apa itu kiloid? Aku coba deskripsikan dulu ya.. Kiloid adalah jenis penyakit dikulit yang berbentuk benjolan daging menyerupai tumor. Kiloid tidak berbahaya, hanya saja si penderita akan merasa tidak nyaman karena rasa gatal yang luar biasa, semakin digaruk maka benjolan daging itu akan semakin membesar. Selain itu, ketika si penderita merasa nyaman dan tidak malu, tidak dibuang (operasi) itu tidak masalah. Kiloid hanya berhubungan dengan kode estetika, selama si penderita pede, ya tidak masalah! Begitulah penuturan dokter kulitku.


Tahun 2005 lalu, aku mengalami kecelakaan yang menurutku paling parah dari kesekian kalinya aku kecelakaan. Singkat cerita, bekas luka yang ada dikaki berubah menjadi benjolan dading yang semakin hari semakin besar. Karena aku tidak nyaman dengan rasa gatal yang luar biasa dan nyeri yang mengganggu, akupun berobat ke dokter. Awalnya aku periksa ke dokter umum untuk mendapatkan penanganan sementara dan meminta saran kepada siapa aku harus periksaan kiloidku ini. lalu beliau menyarankan aku untuk ke dokter bedah untuk melakukan operasi. Kiloid harus dibuang sampai ke akar-akarnya supaya tidak tumbuh dan tumbuh lagi, begitulah tutur beliau. Lalu beliau member aku surat rujukan ke Rumah Sakit yang ditujukan langsung ke dokter bedah.

Keesokan harinya aku ke RSUD Kraton Pekalongan dengan membawa Surat Rujukan dari dokter. Mendaftarkan diri ke Poli Bedah, konsultasi lalu mantapkan hati untuk mendapatkan tindakan operasi hari itu juga. Aku memang sudah bertekad karena memang ingin sembuh dari kiloid tersebut, paling tidak rasa gatal dan nyeri yang kurasakan bisa hilang setelah daging pengganggu itu dibuang. Setelah tiba giliranku, aku langsung mendapat tindakan operasi. Bius lokal saat itu. Sekitar satu jam tindakan akhirnya selesai. Aku pun langsung pulang setelah menebus obat di Apotik. 

Berjalan beberapa minggu setelah operasi, bekas jahitan operasi malah semakin membesar seperti daging tumbuh, kali ini bentuknya unik menyerupai bentuk bunga. Wahh.. rasanya gagal deh operasiku. Karena selang berapa bulan kiloidku semakin membesar lagi. Kali ini malah semakin parah, nyeri dan gatalnya kadang membuat aku susah berjalan.

Singkat cerita, satu tahun kemudian. Setelah terasa puas dengan keadaan kiloid yang memang tidak kunjung mengempes dilututku. Aku mendapatkan saran untuk berobat ke dokter spesialis kulit. Tanpa piker panjang atau takut gagal, aku langsung ke dokter kulit untuk konsultasi masalah penyakitku ini. memang benar adanya, ternyata penanganan kiloid bukan dengan cara dibedah, karena bila si penderita mempunyai bakat kiloid, maka akan terus tumbuh kiloid bila terdapat luka. Semakin banyak luka dikulit maka akan semakin banyak kiloid yang tumbuh. Kiloid adalah penyakit keturunan, namun tidak selalu turun pada generasi dibawahnya. Aku punya bakat kiloid, padahal bapak dan ibuku tidak ada riwayat kiloid. Begitupun nenekku. Namun, setelah ditelusuri, kiloidku ini keturunan dari buyutku (Ibunya Nenekku). Entah siapa nantinya yang akan menuruni penyakitku ini, doa harapanku semoga tidak ada lagi penyakit di dalam keluargaku. Amin.

Oke, lanjut cerita tentang dokter kulit. :)

Berbagai masukan saat konsultasi membuatku mengerti akan penanganan yang benar untuk penyakit ini. maka aku merasa sudah percuma bila aku melakukan operasi bedah kiloid berkali-kali. Alhasil, nihil malah kiloid yang tumbuh dikakiku semakin banyak. Lalu dokter kulit tersebut menyarankan aku untuk suntik. Ya, kiloidnya disuntik obat yang bisa mengempeskan benjolan ini. namun, tidak sekali jadi. Artinya butuh terapi beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah kempes, kiloid juga harus dikontrol untuk terapi secara berkala setahun sekali. Begitulah penuturan dokter kulit di RS. Santa Maria Pemalang.

Dengan bismillah, tahun 2011 lalu aku terapi suntik kiloid selama 3 bulan. Alhamdulillah benar kata dokter, kiloidku berhasil kempes dan tidak ada rasa gatal dan nyeri lagi. Aku pun sudah pede lagi. Kiloidku memang tidak terlihat karena aku selalu memakai baju panjang, tapi kalau gatel dan nyeri itu datang rasanya ekspresi mukaku langsung berubah jadi sedih dan terlihat jelek alias nggak cantik lagi. Hehehe… Kini sudah dua tahun aku nggak terapi suntik kiloid lagi, rencananya sebelum lebaran Idul Fitri tahun ini aku mau kontrol. Harapanku semoga kiloid ini tidak diwariskan kepada keturunanku kelak. Amin..

Terima kasih, dokter…
Noorma Fitriana M. Zain
Noorma Fitriana M. Zain, seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua anak perempuan yang cantik, hobby menulis dan berselancar di dunia maya, Ia berasal dari Kesesi - Pekalongan, dan kini domisili di Semarang. Lulusan Pascasarjana Unnes ini bercita-cita ingin menjadi Abdi Pendidikan yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Amin

Related Posts

Post a Comment